BIMA


Hari ini, adalah hari pertamaku aktif kembali di blog lamaku. Aku tahu, blog sudah tidak keren. Anak-anak zaman sekarang lebih suka main vlog, youtube, dan instagram. Tapi, kamu tahu kan, aku suka menulis, dan tidak pernah pede saat di depan kamera, apalagi membuat video. Entah kenapa, hari ini aku ingin menulis tentangmu. Salah satu teman terbaik yang pernah kumiliki. Sengaja, aku hanya akan mencantumkan nama kecilmu, yang tidak semua orang tahu. Aku tidak ingin membuatmu semakin terkenal jika aku mencantumkan nama lengkapmu. Tidak apa-apa kan?

Namamu, diambil dari salah satu tokoh pewayangan, katamu. Bima adalah salah satu ksatria pandhawa, yang kelahirannya masih diingat oleh sejarah hingga sekarang. Kamu bilang, tidak mau lahir hingga 11 bulan dalam kandungan, terpaksa dokter mengeluarkanmu dengan operasi caesar. Mungkin bagi orang lain, kamu tidak istimewa. Bahkan sebagian dari mereka, menganggap kamu freak, sepertiku. Tapi, bukankah ilmuan-ilmuan besar seperti einstein juga dianggap freak oleh sekitarnya? Menjadi freak bukanlah masalah bagiku. Mereka hanya tidak tahu, kamu memiliki hati yang baik.

Kamu, adalah bagian dari sejarah hidupku. Untuk itu, sebelum aku mati, setidaknya aku pernah menulis tentangmu. Tidak banyak memang, kamu tahu kan megaduk-aduk memori masa lalu, dapat memicu air mata mengalir deras? Itulah yang terjadi padaku, setidaknya saat menulis tentangmu. Kita bertemu pada tahun 2007, karena berada di kelas yang sama ketika SMP. Tidak ada yang istimewa pada awalnya. Sebagai remaja tanggung, aku bahkan menganggapmu culun, karena memakai kacamata. Sampai akhirnya dokter memberi tahu bahwa aku menderita miopi, sehingga harus berkacamata. Kita sama. Culun.

Tidak ada yang aku tahu darimu selain kamu jago komputer dan bahasa inggris. Selain itu kamu juga anak baik-baik. Anak rumahan. Bagaimana aku bisa tahu? Sebagai sesama anak rumahan yang cemen, aku tahu ciri-ciri sesamaku. Aku lupa sejak kapan kamu suka padaku, kelas 7 semester 2? Malu-malu kamu mulai mengajakku bicara dan mengirim pesan singkat. Tentu saja aku acuhkan. Larangan terbesar dari bapakku untuk anak perempuannya adalah, pacaran. Selain itu, aku tidak tertarik padamu. Dulu, aku suka siapa ya? Teman SD ku yang selalu juara 1? Mungkin saja.

Menginjak kelas 8, wali kelas mulai mengatur posisi duduk semua siswa. Di depan tempat dudukku, ada anak pindahan dari kelas lain, namanya andes. Dia punya selera humor yang bagus, hal itu membuatku terhibur setiap hari. Jadi, aku suka padanya. Sepanjang ramadhan, dia juga menelponku saat sahur. Merasa mendapat perhatian, aku pun menaruh harap padanya. Tapi, kamu tahu kan, pada akhirnya aku dan dia tak bisa bersama. Sepanjang SMP, aku hanya bisa memandang andes dari kejauhan. Rasa yang tak terbalas, gumamku. Tidak apa-apa, karenanya, aku bisa menulis banyak sekali puisi di buku harianku, tentang cintaku yang tak terbalas pada andes.

Sampai pada akhirnya, ketika SMA, kamu membaca pesanku di facebook kepada lia, sahabatku. Pesan pribadi itu sudah lama sekali, bahkan aku tidak mengingatnya lagi saat itu. Tapi isinya jelas menyebutkan bahwa aku menyukai andes. Kemudian, kamu pun bercerita, bahwa andes pernah dengan jujur mengatakan padamu, jika dia menyukaiku. Tapi, dia tak pernah berani melangkah lebih jauh, karena dia tahu, kamu sudah dulu menyukaiku, sejak kelas 7. Dia tak ingin menyakitimu, sebagai seorang sahabat. Lalu, pelan-pelan dia pun pergi, menjauhiku.
Seperti FTV? Mungkin saja. Tapi ini kisah nyata, salah satu sejarah hidup yang aku pendam hingga sekarang. Oh God! Rasanya baru beberapa menit yang lalu aku mulai menulis, tapi sudah lebih dari 500 kata. Sepertinya, jika aku menulis tentangmu tak akan selesai dengan hanya satu tulisan ya :D

Dan aku lapar. Tapi jam sudah menunjukkan pukul 22:34. Untuk saat ini, sebenarnya aku menyesal karena pernah mengabaikanmu begitu lama. Aku juga pernah menyakitimu. Kata maaf dariku, tidak akan pernah cukup. Kamu anak yang baik, dan siapapun yang akan membersamaimu nanti, dia orang yang beruntung :)

Tapi, setelah mengenalmu 11 tahun, dan juga mengenal orang-orang lain, aku menyadari satu hal. Semua orang, punya tempat masing-masing di hidup tiap-tiap orang. Dan posisi itu terkadang tidak cocok jika digantikan. Seperti aku yang pernah jahat kepadamu saat kita berstatus lebih dari teman, padahal kita bisa saling mendukung dengan baik apabila berteman. Kita bisa tetap jalan-jalan keliling tuban bersama, wisata kuliner bersama, dan saling menyemangati karena sama-sama belum lulus kuliah, disaat yang lain sudah lulus :D
Aku bersyukur dapat bertemu kembali denganmu saat pulang kerumah. Buatku, mencari teman yang cocok itu susah, dan kamu adalah teman yang cocok. Aku juga menyesal baru mengetahui bahwa abahmu sudah tidak ada, dan aku tidak ikut melayat. Terkadang rindu bermain bersama kucing-kucing persia di taman rumahmu. Rindu juga bertemu bunda dan binar, yang sekarang sudah SMA. Banyak hal berubah, dirumahmu sudah tidak ada tanaman hias daun lagi, atau kelinci raksasa, atau puluhan kucing persia. Dua diantara mereka yang paling kuingat adalah si putih dan chio, meskipun chio terlalu gesit untuk ditangkap. Tapi lokasi rumahmu masih sama. Hingga saat ini, ketika melewati daerah kutorejo, aku masih mengingatmu.

Terlalu banyak yang belum aku tulis tentangmu, mungkin suatu hari nanti akan kutulis lagi? Entahlah. Banyak juga hal-hal kecil yang aku sudah lupa, jika kamu membaca ini, tolong ingatkan aku ya. :)

Terima kasih, telah memberikan kenangan yang baik, membantu mengukir sejarah hidupku, dan menjadi teman yang baik, Bima. :)

Comments

Popular Posts