Cinta dan Prinsip



Minggu, 12 Februari 2012
Pukul 14:07 WIB
Dear Microsoft Word, saat nulis curhatan ini aku baru saja pulang dari jalan-jalanku bersama sahabat baikku dan seseorang yang membuat aku jadi aneh. Ya, aku berubah dan sahabatku pasti mengetahui perubahanku tersebut. Aku jadi ceria, periang, penuh semangat, suka ketawa sendiri saat lihat sms, dan lain-lain. Dan sahabatku tau persis aku kayak gitu sejak bertemu dengan seseorang. Dan tadi kita bertiga refreshing di pantai dan klentheng dengan kebiasaan kami yaitu foto-foto nggak jelas. Walaupun nggak jelas, aku menyukai kegiatan foto-foto itu. Setelah pulang dia sebut saja si X mengajakku bertemu untuk membicarakan sesuatu hal dan ternyata hal itu adalah tentang perubahanku sejak bertemu dengannya yang diceritakan sahabatku. Sepertinya dia takut kalau ada sesuatu yang kurasakan terhadapnya. Rupanya jatuh cinta itu memang nggak bisa ditutupi ya? Aku sudah mencoba untuk tidak menampakannya dan tidak bercerita kepada siapapun kecuali MS. Word tersayangku ini. Karena aku sadar, sangat sadar bahwa jika seumpama si X tau pun, perasaanku hanya akan berakhir sebagai rasa yang tak terbalas karena setiap kali aku SMS ataupun bicara dengannya, yang dibicarakan adalah sosok wanita yang dia sukai dan aku juga mengenal wanita tersebut dan aku tentu tidak akan merusak hal tersebut. Lebih baik dia tidak tahu dan tidak pernah tau.
Apakah aku sudah melanggar prinsipku??? Ya aku punya prinsip untuk tidak memulai mencintai seseorang namun hanya menunggu seseorang menyukaiku dan dari beberapa orang tersebut aku pilih yang terbaik. Sekarang pun ada beberapa orang yang menyukaiku dan aku sempat tertarik dengan salah seorang dari mereka namun selama sebelas bulan tak pernah ada kejelasan. Dan sekarang aku tak bisa membohongi perasaanku sendiri, aku menyukai si X sejak awal berjumpa dengannya. Hal yang tek pernah terjadi padaku sebelumnya, bahkan aku sebelumnya tidak percaya dengan ungkapan cinta pada pandangan pertama namun sekarang aku terpaksa harus mengakuinya bahwa aku memang jatuh cinta pada kesan pertama saat berjumpa dengannya. Aku jadi menyesal saat pelajarannya Mr. Paul Ramsay ada sebuah permainan yang isinya teman sebelahmu menanyaimu tentang cinta yang pertanyaannnya sudah tersusun di selembar kertas. Saat itu sebelahku adalah hasan dan dia bertanya dalam bahasa inggris yang artinya, “apakah kamu percaya dengan cinta pada pandangan pertama??” dengan spontan aku menjawab tidak karena menurutku itu hal yang tidak mungkin karena selama ini aku hanya menyukai orang yang sudah lama kukenal dan aku tahu semua sifatnya. Aku juga menyesal karena telah ceramah panjang lebar kepada putri tentang prinsip wanita yang seharusnya menunggu untuk dipilih, bukannya mengejar atau memulai mencintai lelaki lebih dahulu. Aku menyesal, aku kena batunya. Sekeras apapun aku mencoba mempertahankan prinsip itu namun yang namanya perasaanku sendiri, hanya aku yang tahu dan aku tidak bisa membohongi diriku sendiri bahwa aku menyukai si X.
Bukan hanya sahabatku, si X tadi juga mengatakan bahwa dia baru pertama kali mempunyai adek yang sepertiku yang baru pertama bertemu 10 menit di kantin namun langsung bisa percaya begitu saja. Aku sadar ini berbeda dengan diriku yang biasanya, biasanya aku sulit untuk bisa percaya dengan orang yang bukan sahabatku yang memang hasil seleksi alam. Namun apa ini? Aku langsung bisa bercerita panjang lebar kepada orang yang baru ku kenal, Sungguh realita yang aneh.
Sekarang aku merasa tertekan, benar-benar tertekan. Ternyata menyembunyikan perasaan itu sulit ya? Sulit banget. Rasanya ada bola pejal seberat 10 ton berada di dalam rongga dadaku dan menunggu untuk dikeluarkan namun parahnya aku nggak punya daya untuk mengeluarkan bola pejal tersebut dan aku tak punya tempat untuk menampungnya dalam arti aku mencintai seseorang namun aku tidak bisa mengekspresikan perasaan itu bahkan aku harus menutupnya rapat-rapat agar tidak terlihat. Aku tidak suka membuat masalah untuk orang lain, seumpama dia tahu mungkin dia akan merasa tidak enak padaku dan akan menimbulkan beban baru di pundaknya. Aku tahu sekarang dia sedang memikul beban yang sangat berat dan aku tentu tidak tega untuk menambah beban yang dipikulnya. Jadi mungkin lebih baik jika dia tidak tahu meskipun itu berarti aku yang harus menderita menahan perasaanku yang sedang bergejolak ini. Sekarang yang harus aku pikirkan adalah bagaimana caranya bersikap senatural mungkin seakan tidak ada apa-apa. Bahkan smsnya yang bertanya bahwa q ma dy benar2 nggak ada rasa apa2 kan? Masih belum aku balas hingga sekarang meskipun sudah dikirim berkali-kali. Semoga dia ketiduran dan lupa. Amin........
Oh iya, pada hari jumat tang lalu saat tanggal 10 Februari dia datang ke sekolahku untuk memberi informasi pada kakak kelasku tentang Universitasnya dan dia memberiku dan sahabatku bunga mawar. Untukku berwarna pink dan untuk sahabatku berwarna putih beserta bunga lavender ungu. Hingga saat ini aku masih menyimpannya dan akan terus menyimpannya, dan sore harinya kami berempat bermain di laut dan klentheng. Seperti pendapatku sebelumnya, dia adalah orang yang menyenangkan dan aku nggak bisa menghapus kesan itu. Aku nggak tahu apakah besok aku harus memberi tahu kepada sahabatku atau tidak tentang perasaan ini. Kita tunggu saja hari esok datang. J
Pukul 20:37
Sekarang aku baru sadar kalau si X orangnya juga egois. Setiap hari, setiap saat yang dia bicarakan hanya tentang dia dan gadis pujaannya dan nggak pernah memperdulikan keadaan lawan bicaranya. Pada detik ini saat dia terus ngoceh tentang hal yang sama, aku sedang menahan air mata atas masalah yang menimpaku. Bukan masalah kecil karena ini tentang masa depanku. Bakatku tidak mendapat dukungan sedikitpun dari orang tuaku dan aku harus terus memaksakan diri untuk mejalani dan mempelajari hal-hal yang ku benci, hal-hal yang membuatku merasa lemah, hal-hal yang sama sekali tidak dapat aku pahami. Mau jadi apa aku kalau terus-terusan seperti itu? Mau kuliah sampai mengulang berapa kali? Jujur aku udah punya tekat aku nggak akan ngambil jurusan yang berurusan dengan fisika dan kimia. Kalau Cuma dasar nggak masalah tapi untuk seterusnya tidak, tidak akan. Nah, inilah yang aku maksud dia egois karena aku udah dengerin celotehannya tiap hari tapi saat aku bilang, “maaf aku lagi ada banyak masalah”. Bukannya bertanya atau menawarkan diri buat tempat curhat malah pergi. OK. Thanks. Good Bye !!!!!!

Comments

Popular Posts