DITINGGAL RABI



Sakit hati.
Pagi ini aku melihat status seorang teman SMA yang sedang mendatangi pernikahan seseorang, yang wajahnya aku kenal. Dia juga teman SMA ku, tapi kami tidak pernah satu kelas. Hanya tau nama, kadang saling menyapa jika berpapasan di lorong sekolah. Tapi dia bukan orang asing, jauh sebelum berada di satu sekolah yang sama, aku sudah mengenalnya. Meskipun dia tidak mengenalku tentunya. Letak SMP kami berdekatan, bisa ditempuh dengan jalan kaki. Tak jarang, ada interaksi antara murid di SMP ku dan SMP perempuan itu.

Bagaimana aku mengenalnya?
Dia adalah pacar dari teman sekelasku di IX-B, sekaligus tetanggaku. Kita samarkan nama tetanggaku menjadi Rama, dan perempuan itu menjadi Shinta. Rama juga berteman baik dengan pacarku saat itu, Bima. Karena mereka bersekolah di SD yang sama. Hmmm ini menjadi seperti cerita wayang ya karena nama tokoh-tokohnya seperti ini. Rama adalah anak yang baik, ramah, ceria, suka menolong, suka bercanda. Setidaknya itulah karakter yang aku ingat saat berinteraksi dengannya di SMP. Dia juga pernah beberapa kali kerumahku untuk meminjam buku dan catatan pelajaran. Interaksi lain yang kuingat adalah melalui media sosial Facebook, lalu Twitter yang memang sedang booming saat itu.

Untuk kisah percintaan Rama dan Shinta, sebenarnya aku lebih sering mendengar dari Bima. Karena aku bukan tipe orang yang suka kepo terhadap hidup seseorang. Kisah itu jauh dari kata singkat, setidaknya delapan tahun. Hubungan mereka memang tidak selalu harmonis, sempat putus nyambung juga. Tapi satu hal yang aku tahu, Rama orang yang setia. Dia benar-benar jatuh cinta pada gadis itu. Tak jarang aku menemukan tulisan-tulisan indah, romantis, menyentuh, dan pemujaan terhadap gadis itu di media sosialnya.

Dia bertahan pada gadis itu selama bertahun-tahun karena perasaan cintanya yang tulus. Padahal, yang kusaksikan selama di SMA, gadis itu sempat dekat dengan laki-laki lain. Aku tidak tertarik untuk menanyakan statusnya. Yang kutahu setelah itu pun Rama dan Shinta kembali bersama. Sayangnya, mereka kuliah di kota yang berbeda, yang jaraknya ratusan kilometer. Aku tidak tahu bagaimana mereka bisa menjaga hubungan dalam jangka waktu yang lama saat kuliah di tempat yang berbeda.

Kemarin, takdir membukakan tabirnya pada kita semua. Tak peduli seberapa kau cinta dia, tak peduli seberapa lama kau menunggunya, tak peduli sebesar apa pengorbananmu padanya, dia telah memantapkan hatinya pada orang lain. Ya, dia bukan jodohmu.

Sebagai temanmu, aku turut merasa sedih dan sakit hati. Sesungguhnya aku tidak tahu pertimbangan mbaknya mengapa tidak memilihmu. Padahal aku sering mendengar nasehat, "Jangan sia-sia kan orang yang rela berkorban apapun untukmu" atau "Jika kamu menemukan orang mau melakukan apapun untukmu, dialah orang yang kamu cari", atau "menikahlah dengan orang yang benar-benar mencintaimu, karena dia akan selalu berusaha membuatmu bahagia".

Di kehidupan nyata, banyak pertimbangan lain yang dilakukan orang untuk menentukan siapa pendamping yang pantas untuknya. Status sosial, harta, persetujuan orang tua, ekspansi bisnis, kerjasama antar perusahaan/kerajaan/pesantren, bentuk fisik, rupa wajah, suku, ras, agama/kepercayaan, adat istiadat, usia, politik, kesamaan visi-misi, kesamaan hobi, horoskop, primbon, dan lain-lain. Cinta saja, seberapapun besarnya, tetap tidak cukup untuk membina rumah tangga.

Semoga hatimu segera sembuh, semoga kau menemukan pengganti yang lebih baik, dan semoga hidupmu bahagia, temanku, Rama.
Semoga pilihanmu tepat, dan kau tidak menyesalinya di kemudian hari, shinta.

Dan semoga orang-orang lain diluar sana dapat mengambil pelajaran.


Oh ya sesungguhnya aku mengkhawatirkan Rama, bagaimana keadaannya setelah kejadian kemarin. Sayangnya aku sudah tidak memiliki kontaknya, jadi aku memutuskan untuk menghubungi Bima karena dia teman baiknya. Bima bilang, rama baik-baik saja dan masih berusaha ikhlas. Lalu kutitipkan salamku padanya. Jawaban yang tidak disangka-sangka, "Mengapa tidak langsung saja menemuinya?". Aku berpikir sejenak, bima benar juga, mungkin berkumpul bersama teman-teman dapat sedikit menghiburnya.


"In their hearts humans plan their course, but the LORD establishes their steps."
Proverbs 16:9.

Comments

Popular Posts