DALAMNYA LAUT BISA DIUKUR, DALAMNYA HATI SIAPA YANG TAHU ???

Sumber gambar : dokumentasi pribadi (museum fatahillah, jakarta)

Bisa dipastikan ini tengah malam, karena aku biasanya menulis jika ada banyak hal yang berputar-putar di kepala, membuat sulit tidur. Aku sudah beli keyboard baru, tapi eksternal karena yang internal mahal. Besok pagi aku ada medical check up di sebuah perusahaan. Seharusnya sekarang tidur, tapi tak bisa.

Aku penasaran.
Dengan perasaan orang lain, terhadapku.


Dan aku selalu nangis, kalau denger soundcloud suaracerita, yang berjudul "Mana ada kamu dirumahku". Dasar cengeng, hehehe. Mungkin faktor usia, atau faktor udah capek dengan hidup ini. Mungkin butuh sahabat. Tapi adanya laptop dan HP. Tak apa, harus tetap disyukuri :)

Sebenarnya bukan tanpa alasan, jika tahu perasaan orang lain, aku jadi tahu bagaimana harus bersikap. Takutnya salah paham. Dulu, ada seorang teman, yang sikapnya berubah menjauhiku, setelah dia mengetahui perasaanku padanya. Akunya jadi merasa bersalah dan serba salah. Bukan aku yang ingin mengungkapkan perasaanku, tapi dia yang meminta aku untuk jujur. Aku tidak tahu itu akan mengubah semuanya. Jikalau tau, saat itu bahkan hingga selamanya aku tak akan pernah mengatakannya. Karena aku masih ingin berteman. Aku sadar, perasaan apapun itu, tidak harus dituruti. Misalnya kita membenci seseorang, tidak harus disakiti kan?

Begitu pula perasaan suka. Semua orang berhak menyukai siapapun. Dan tidak harus mengubah status menjadi pacar atau sejenisnya. Meskipun suka, benci, atau biasa saja, masih bisa berteman. Aku orang yang takut kehilangan teman, dan tidak ingin bermusuhan dengan siapapun. Jadi, hal-hal seperti itu mengganggu pikiranku. Andaikan waktu dapat diputar kembali.

Ya mungkin dulu, orang itu bermaksud baik. Tidak ingin aku semakin menyukainya jika kami masih dalam lingkup pertemanan yang sama, jadi dia menjauh. Agar aku dapat melupakannya. Ya tapi jadinya aku serba salah, bagaimana harus menghadapinya. Maksudnya yang biasanya berteman baik, sering bertanya macam-macam, apakah harus ikut stop berkomunikasi seperti yang dia lakukan? ataukah tetap biasa saja?. Hal-hal seperti ini dapat dihindari jika sebelumnya dikomunikasikan dengan baik agar tidak salah paham, dan semua pihak tahu bagaimana harus bersikap.


Aku juga penasaran, dengan perasaan orang yang dulu pernah menyukaiku. Seberapa lama perasaan itu akan bertahan? Apakah sekarang masih sama? Ataukah sudah berubah? Meskipun jika aku tahu atau tidak, juga tidak akan mengubah apapun, tapi aku hanya ingin tahu. Agar aku tahu bagaimana harus bersikap. Agar aku tidak menyakiti orang lain.

Dulu sekali, sepertinya tahun 2016. Ada orang yang mungkin dengan susah payah mengalahkan rasa malu, grogi, dan segala resiko, berani mengungkapkan perasaannya padaku. Sayangnya saat itu aku belum mempunyai rasa simpati/empati yang tinggi, dan aku juga belum tahu bagaimana harus bersikap jika menghadapi yang seperti itu. Sebenarnya aku sudah agak lupa apa yang terjadi selanjutnya, sepertinya aku tidak membalas pesannya. Bukannya marah, senang, atau apa, aku hanya tidak tahu harus merespon bagaimana. Rasanya aku ingin meminta maaf tapi tidak berani.


Orangnya masih tetap berlaku baik, setelah semua perlakuanku yang cuek. Dulu aku masih muda, dan belum banyak belajar tentang hidup. Belum tahu caranya menghargai orang lain. Belum peka terhadap perasaan orang lain. Belum bisa memposisikan diri dengan baik. Rasanya aku sudah berlaku jahat. Jahat sekali. Ingin rasanya meminta maaf kepada orang itu, dan juga kepada semua orang yang pernah aku sakiti.


Beberapa mungkin sudah terlambat. Aku sudah di blokir oleh teman asramaku di Thailand. Aku pernah mengirimkan permintaaan maaf ke dia via line. Tapi tidak pernah di read, mungkin sudah terblokir seperti sosmed2ku yang lain. Sampai sekarang rasa penyesalan itu masih ada. Menghantui kehidupanku setiap hari. Tapi aku terlalu takut untuk menemuinya dan meminta maaf secara langsung. Aku sadar aku salah, dan kini aku sudah berubah. Pemikiranku sudah terbuka, dan aku sudah tidak peduli dengan semua isu politik, pertikaian berkedok agama, dan semacamnya. Aku bahkan menonaktifkan instagram dan tidak pernah membuka facebook lagi karena rasa bersalahku. Beberapa teman bahkan menolak untuk folback akun twitterku.

Aku salah. Aku sudah menyadari kesalahanku. Aku sudah berubah. Adakah kesempatan kedua untukku?



Aku juga penasaran tentang masa depan. Apakah aku akan punya kesempatan untuk mendampingi hidup seseorang? Jika iya, siapa? Apakah orang yang sudah kukenal hari ini? Ataukah orang yang belum kuketahui sama sekali?

Aku seorang penyendiri, a lonely wolf. Tapi terkadang aku juga takut membayangkan apabila selamanya harus hidup sendiri. Ada satu hari, dua hari, tiga hari, yang kuhabiskan hanya dengan mengurung diri di kamar dan menangis sendirian saat aku terlalu lelah dengan dunia ini. Tidak tahu harus kemana, atau bercerita pada siapa. Tidak punya tempat untuk menyandarkan diri. Aku penyuka anime, banyak dari anime yang aku tonton, tokohnya melalukan upaya bunuh diri. Satu hal yang patut disyukuri, meskipun bukan orang fanatik, setidaknya aku masih bertuhan. Takut dipanggang di neraka jika aku bunuh diri.


Wah sudah pukul 00:14.

Tadi aku memnonton film jepang berjudul "Eight Years of Engagement" yang sangat menguras air mata. Seseorang yang mampu bertahan pada selama delapan tahun merawat pasangannya yang koma, lumpuh, dan hilang ingatan. Can I find one man like that? mungkin hanya ada satu banding seribu. Aku suka menghayal. Kadang aku menghayal sebagai mitsuha di Kimi No Nawa.

Aku aneh, pendiam, dan tidak cantik. Tapi, masih adakah harapan untuk hidup normal dan bahagia sebagai manusia?

Comments

Popular Posts