BANGKITLAH EMAS HIJAU, BERSEMILAH PERTANIAN INDONESIA !


Oleh : Fadhilatul Laela, PM Beasiswa Aktivis Nusantara 6 IPB

Vanili (dok. ilmu budidaya)

Vanili (Vanilla planifolia)
Vanili adalah salah satu komoditas ekspor Indonesia yang mempunyai nilai jual tinggi. Vanili merupakan rempah-rempah yang paling mahal di dunia setelah saffron, karena membutuhkan banyak tenaga kerja serta perlakuan khusus untuk mendapatkannya. Tumbuhan ini hanya berbunga selama sehari, sehingga buruh perkebunan harus memeriksa setiap hari untuk melakukan penyerbukan buatan. Hal ini dilakukan karena secara alami vanili memerlukan bantuan lebah Melipona dari Meksiko untuk penyerbukan. Setelah proses pemanenan selesai pun, vanili masih memerlukan perlakuan khusus hingga siap disimpan atau dijual. Antara lain; pelayuan, fermentasi, pengeringan, dan pemeraman.

Menurut Bapak Rudi Ginting, pencetus Perkumpulan Petani Vanili Indonesia (PPVI), produksi vanili di Indonesia yang memasuki pasar ekspor dunia mencapai 95%. Dua negara yang menjadi pengimpor terbesar adalah Amerika dan Prancis. Tidak heran, karena bisnis parfum memang berkembang pesat di negara-negara tersebut. Sayangnya, vanili hanya dapat ditanam di daerah tropis. Oleh karena itu, vanili mempunyai prospek yang bagus apabila dikembangkan di Indonesia.

Wirausaha Sejak Dini
Indonesia sempat mengalami kejayaan sebagai negara pengekspor vanili terbesar dunia. Namun, terjadi kecurangan yang dilakukan para pelaku usaha untuk memperoleh keuntungan, dengan memasukkan benda-benda selain vanili untuk menambah bobot buah. Hal inilah yang membuat para importir kecewa, hingga akhirnya vanili dari Indonesia menjadi blacklist untuk memasuki pasar internasional. Pelajaran berharga yang dapat diambil untuk mendongkrak kebangkitan vanili di Indonesia adalah manajemen mutu vanili harus dijaga dengan baik. Bapak Rudi Ginting sudah berpengalaman membudidayakan vanili sejak puluhan tahun lalu di Tanah Karo, Sumatera Utara. Saat ini beliau sedang mengembangkan perkebunan vanili di Bondowoso, dan ingin menyebarkan ilmu serta pengalaman beliau kepada petani-petani lain di Indonesia.

Salah satu nasehat penting dari Bapak Rudi Ginting adalah, “Mulailah berwirausaha sejak dini”. Setiap orang punya jatah kegagalan dan keberhasilan masing-masing. Kita tak tahu berapa banyak jatah kegagalan yang kita punya. Jangan takut mencoba, habiskanlah kegagalan selagi muda, hingga yang tersisa hanya tinggal keberhasilan. Islam sangat menganjurkan umatnya untuk melakukan wirausaha. Banyak ditemukan ayat atau hadits yang mendorong umat Islam untuk berwirausaha, misalnya seperti disebutkan dalam hadits yang artinya: “Perhatikan olehmu sekalian perdagangan, sesungguhnya di dunia perdagangan itu ada 9 dari 10 pintu rizki" (HR. Ahmad).

Pentingnya Berorganisasi
National mission bakti nusa (dok. pribadi)

Sewaktu kuliah di Fakultas Perternakan IPB tahun 1995, Bapak Rudi Ginting sudah aktif berorganisasi. Organisasi mempunyai banyak manfaat, diantaranya membangun relasi, menumbuhkan kepercayaan diri untuk berbicara di depan umum, serta meningkatkan kemampuan bernegosiasi. Selain itu, organisasi juga dapat menjadi tempat belajar bertanggung jawab terhadap amanah, menjalankan peran yang diberikan, serta mengkoordinir suatu acara. Kemampuan ini tentunya akan berguna saat memasuki dunia kerja. Relasi yang didapatkan dalam organisasi juga diperlukan apabila ingin berwirausaha.

Banyak mahasiswa yang masih takut untuk berorganisasi, dan mengkaitkannya dengan demonstrasi semata. Padahal ada banyak pilihan organisasi yang dapat diikuti. Selain BEM dan DPM, terdapat pula UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang dapat menjadi tempat untuk menyalurkan aspirasi, minat, bakat, passion, maupun hobi. Jika ingin membangun relasi dengan mahasiswa dari kampus dan daerah lain, organisasi eksternal kampus dapat menjadi pilihan yang tepat.


Keistimewaan Bertani dan Dilema Perubahan Zaman

Survei lahan vanili di Bogor (dok. pribadi)

Manfaat bercocok tanam tidak hanya terbatas untuk manusia, tetapi juga berguna bagi makhluk hidup lainnya. Binatang-binatang yang hidup di bumi juga merasakan dampak dari bercocok tanam, seperti sapi, kerbau, kuda, ataupun burung. Keistimewaan ini juga dikuatkan di sejumlah hadis. Di antaranya, hadis dari Abdullah bin Umar. Hadis yang dinukilkan ats-Tsa’labi dan al-Wahidi itu menyatakan bahwa orang yang bercocok tanam akan mendapat pahala di sisi Allah SWT. Tiap batang tanaman yang dia budidayakan pada hakikatnya tertulis asma Allah di dalamnya. Maka, tiap langkah yang diayunkan seorang petani menuju ladang pun, sejatinya akan teriring dengan pahala basmalah tersebut.

Sayangnya, di Indonesia pertanian seringkali identik dengan kemiskinan. Hal ini dikarenakan rata-rata luasan lahan tiap petani di Indonesia hanya 0,3 hektar. Generasi muda pun banyak yang merantau dari desa dan lebih memilih bekerja di perkotaan. Sektor pertanian masih kalah gaungnya dibandingkan sektor industri, jasa, dan perniagaan. Bahkan, banyak dari petani yang tidak ingin mewariskan ‘kesengsaraan’ kepada anak cucunya, sehingga mewasiatkan kepada mereka untuk bekerja di sektor lain.

Gerakan Cinta Anak Tani (GCAT)
Fieldtrip GCAT (dok. pribadi)

Pada peletakan batu pertama pembangunan kampus IPB Baranang Siang, Ir.Soekarno pernah mengatakan, “Pertanian adalah hidup mati suatu bangsa!”. Tanpa pertanian yang baik, kelangkaan pangan rawan terjadi. Permasalahan pangan dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi, politik, sosial, hukum, dan keamanan. Karena tidak selamanya kondisi negara ini akan stabil dan bebas melakukan impor pangan sepanjang waktu. Ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan pangan dapat tercapai apabila suatu negara mampu memproduksi dan mempertahankan ketersediaan pangan secara mandiri.

Perlu adanya gerakan untuk mengembalikan semangat generasi muda agar kembali mencintai pertanian. Hal inilah yang menginisiasi berdirinya Gerakan Cinta Anak Tani (GCAT) oleh penerima manfaat Beasiswa Aktivis Nusantara di IPB. Fokus gerakan ini adalah memberikan beasiswa, motivasi cinta pertanian, serta bimbingan belajar untuk tes masuk perguruan tinggi. Sasaran GCAT adalah anak-anak petani yang berprestasi, punya semangat belajar tinggi, namun memiliki kendala ekonomi. Setelah enam tahun berjalan, GCAT sudah mengantarkan puluhan anak petani diterima di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Harapannya, selain memutus rantai kemiskinan dalam keluarganya, mereka juga dapat menjadi agent of change untuk pertanian Indonesia. Para pemuda inilah, yang akan meneruskan nafas pertanian Indonesia, dengan gagasan dan teknologi yang sesuai dengan perkembangan zaman. Presiden pertama RI pernah berkata “Beri aku seribu anak muda, maka akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku satu pemuda, maka akan kuguncangkan dunia!”.


“Tidaklah seorang muslim menanam suatu tanaman melainkan apa yang dimakan dari tanaman itu sebagai sedekah baginya, dan apa yang dicuri dari tanaman tersebut sebagai sedekah baginya dan tidaklah kepunyaan seorang itu dikurangi melainkan menjadi sedekah baginya.” (HR. Imam Muslim Hadits no.1552)



“Siapkah Anda ambil bagian mewujudkan kejayaan pertanian Indonesia??”

Comments

Popular Posts