KISAH INSPIRATIF MERAIH BEASISWA BIDIK MISI UNILA : “MAN JADDAH WA JADDAH” “MAN JADDAH WA JADDAH”


semoga sepenggal kisah yang diceritakan saudara kita di lampung ini dapat bermanfaat bagi kita semua. amin... Oleh LUGITO (Universitas Lampung) Assalamu’alaikum Wr Wb. Puji syukur tidak henti-hentinya saya ucapkan kepada Alloh SWT atas nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada kitahingga saat ini.“Man Jaddah Wa Jaddah” (Siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil), ya itu adalah kalimat sakral sekaligus motivasi penggugah jiwa untuk mengawali kisah sukses dan InsyaAlloh inspiratif saya dalam merubah paradigma anda sekalian, yaitu tentang kehidupan sosial serta keilmuanyang berangkat dari sebuah keterbatasan. Nama saya Lugito, bertempat tinggal di Bandarjaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah, saya terlahir dalam keluarga yang serba cukup yaitu dengan beban empat anggota keluarga yang harus di tanggung oleh orangtua. Pekerjaan orangtua hingga saat ini hanyalah sebagai pedagang kelontongan di sebuah areal kedinasan dengan waktu dagang efektif yaitu mengikuti jadwal kedinasan tersebut. Dahulu orangtua adalah transmigran dari Pulau Jawa yang di tempatkan di Pulau Sumatera. Tentunya konsekuensi yang di terima seorang transmigran salah satunya adalah adalah sedikit sekali saudara. Bila menguak kisah orangtua memikul dan merasakan asam garam di bumi lampung ini tak akan usai. Hal yang paling sedih dirasakan hingga saat ini ialah kami belum mempunyai rumah permanen. Rumah yang kami tempati saat ini ialah tanah hasil bantuan dari sebuah Yayasan Keukunan Kematian alias rumah saya bertempat tidak jauh dari kompleks pemakaman umum. Sungguh mengerikan bukan, tapi kembali rasa syukur yang luar biasa tetap saya panjatkan kepada Alloh SWT. Masih banyak orang di luar sana yang tidak mempunyai tempat tinggal dan harus bingung memikirkan nasib ia esok. Pendiikan merupakan hak seluruh rakyat Indonesia seperti yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 yang merupakan salah satu tujuan Negara kita yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa”.Ini mempunyai konsekuensi bahwa Negara harus menyelenggarakan dan memfasilitasi seluruh rakyat Indonesia untuk memperoleh pengajaran dan pendidikan yang layak. Maka tentu saja Negara dalam hal ini Pemerintah harus mengusahakan agar pendidikan dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia.Semoga saja maklumat itu tidak hanya sekedar tulisan formal yang dipublikasikan saja. Sejak dahulu untuk dapat sekolah hingga SMA merupakan salah satu kebanggaan tersendiri bagi orangtua dan saya pribadi, karena kembali akan biaya yang menghadang kami baik biaya untuk hidup dan pendidikan. Melihat kisah buram itu, sejak duduk di Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah menengah Atas (SMA) alhamdulillah saya selalu menyabet peringkat satu hingga lima tiap semester dan tidak pernah melebihi itu. Hitung-hitung peringkat itu sebagai obat kebanggan tersendiri buat orangtua karena telah susah payah mendidik. Jenjang SMA merupakan jenjang untuk membuka dan menentukan pikiran, apakah ingin biasa-biasa saja ataukah ingin move on dari sebuah keterbatasan menuju kesuksesan. Sejak duduk di SMA saya sudah mulai merasakan dan ikut memikul beban yang sangat berat yang di tanggung oleh kedua orangtua. Mulai dari membiayai pendidikan, mencari nafkah untuk sesuap nasi dan kebutuhan keluarga lainnya yang sifatnya segera harus terpenuhi. Mengingat saudara perempuan saya juga masih berada di jenjang yang sama (saat kelas X). Sehingga Saya mulai menghitung dan terus menghitung berapa rupiah yang harus di keluarkan oleh orangtua untuk dapat menghidupi kami semua. Benar yang anda pikirkan, “Semuanya Kurang”, pada saat seperti itu saya di mulai merenung dan intropeksi diri. Mengapa saya tidak sanggup sekolah tanpa biaya orangtua? Setidaknya orangtua hanya membantu mensupport dan sedikit menambal biaya yang kurang saja. Alhamdulillah Alloh SWT mulai memberikan titik terang untuk memecahkan permasalahan awal terhadap saya. Berjualan dan berprestasi di sekolah, ya itulah cahaya inspirasi yang telah di berikan Alloh SWT. Pada kesempatan itu, terlintas di benakku untuk berjualan barang dagangan kelontongan orangtua di sekolah yaitu Nasi Uduk, akhirnya ide tersebut terwujud mengingat peluang yang cukup besar, dan akhirnya kegiatan berjualan nasi uduk itu mulai saya jalankan. Malu, lelah dan gengsi, itulah paradigma awal yang saya terima dan alami dalam memulai terobosan tersebut, akan tetapi sekali lagi saya mempunyai tekat yang kuat untuk dapat sekolah tanpa biaya orangtua hingga dapat berprestasi. Mau tidak mau pekerjaan sambilan tersebut harus saya tekuni hingga mimpi dapat terwujud. Setiap Hari Senin hingga Sabtu saya selalu meminta orangtua saya utuk menambah jumlah dalam membuat nasi uduk karena akan saya bawa ke sekolah untuk saya jajakan kepada teman-teman. Menaiki angkot dan bahkan nebeng adalah akomodasi sehari-hari untuk dapat sampai di sekolah yang berjarak ± 8 Km, dengan membawa lebih dari 30 bungkus nasi uduk. Berat dan tentunya beresiko untuk sobek dan jatuh adalah pilihan yang tidak dapat terelakkan, tapi semua itu adalah cobaan awal yang harus saya pecahkan dan di biasakan untuk mendapatkan biaya sekolah. Sekaligus merupakan proses pendewasaan diri. Di sisi lain prestasi di sekolah juga perlu di perjuangkan. Saya adalah salah satu pengurus organisasi Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), Rohani Islam Sekolah (ROHIS), Majalah Dinding (Mading) dan Ketua English Club di SMA. Perguruan Tinggi Negeri seperti Universitas Lampung (UNILA) dan Politeknik Kesehatan Negeri Lampung (POLTEKKES) kerap mengundang sekolah kami dalam ajang perlombaan Karya Tulis Ilmiah dan juga Majalah Dinding. Alhamdulillah Alloh SWT memberikan bakat saya dalam menulis ilmiah dan juga seni yang cukup baik, sehingga tidak ragu untuk mengikuti berbagai ajang lomba tersebut. Walaupun modal saya hanya tekad yang kuat, akan tetapi selalu optimis untuk dapat berhasil. Hal itu dapat terbukti dengan banyaknya Trophy dan Piagam penghargaan yang telah saya peroleh dan tentunya uang yang dapat meringankan biaya sekolah. Sebagai contoh saya mendapat Juara III dalam ajang Lomba Olimpiade Sains Kerohanian Tingkat Provinsi di Universitas Lampung, Juara III Lomba Majalah Dinding Tingkat Provinsi di Universitas Lampung, Juara II Lomba Majalah Dinding Tingkat Provinsi di POLTEKKES Bandar Lampung dengan total uang yang di dapat adalah Rp. 1.500.000,-. Selain itu, saya juga telah menyabet Juara Harapan satu dalam ajang lomba Karya Tulis Ilmiah berbasis Teknologi Terapan yang di adakan oleh BAPPEDA Kabupaten Lampung Tengah dengan nilai uang pembinaan sebesar Rp. 3.000.000,-. Jika saya mengandalkan uang hasil perlombaan dan berjualan nasi uduk di sekolah, tentunya tidak cukup untuk melunasi biaya sekolah dan membantu meringankan beban keluarga. Alhamdulillah jika kita mempunyai niat yang kuat dan kemauan yang sungguh-sungguh, Alloh SWT pasti memberikan jalan. Sebagai contoh sejak Kelas X saya sudah mengajar di TPA dan Madrasah di sekitar rumah, kegiatan mengajar ngaji langsung saya tekuni usai pulang sekolah hingga setelah Isya’ (pukul 20.00 WIB)“setiap harinya”.Benar apa yang anda pikirkan, sungguh sangat tidak efektif waktu belajar yang tersisa (< 1 jam), lalu kapankah waktu belajarnya?. Sekali lagi Alloh SWT telah memberikan akal kepada kita untuk berfikir dan mengatur semua urusan kita di dunia ini, kendati malam tidak saya gunakan untuk belajar, Alloh masih memberikan waktu sepertiga malam dan subuh untuk di manfaatkan menggoreskan pena dan membuka mata untuk menyerap ilmu pengetahuan. Ternyata dengan manajemen seperti itu aktifitas dalam menyerap ilmu menjadi lebih efektif dan menjadikan kita lebih bersyukur atas karunia sang pencipta. Teringat makna besar dalam Q.S Ibrahim : 7 “.....Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu....” Sekali lagi, lelah, lelah dan lelah. Tapi, ingat kita adalah generasi muda dan generasi perubahan, jadi inilah yang harus saya lakukan untuk dapat menjadi “orang” yaitu orang yang berguna baik berguna bagi diri sendiri, bagi keluarga, bagi masyarakat dan Insya Alloh bagi bangsa dan negara. Seperti yang yang di torehkan seorang motivator “Tinggalkan zona nyaman. Karena zona nyaman itu mematikan potensi secara perlahan. Mumpung masih muda, mumpung kaki masih kuat, mumpung belum punya asam urat, jangan ragu untuk terus melompat, demi masa depan yang lebih hebat” (Ahmad Rifa’i Rif’ain). Sudah terlihat jelas bahwa kehidupan yang saya jalani sangat berbeda dengan teman-teman di sekitar saya bahkan anda sekalipun, mereka masih mempunyai waktu yang cukup banyak untuk menonton siaran Televisi, bermain game dan melakukan aktifitas menyenangkan lainnya. Sekali lagi, jika saya ingin melakukan itu semua saya harus berkaca diri danberpikir dua kali atas keadaan yang ada. Bagaimana tidak? Semua anggota keluarga harus senantiasa berpikir untuk dapat menyambung hidup dan bersama-sama membangun kehidupan yang lebih baik, dengan jalan mengandalkan potensi yang telah diberikan-Nya. Tapi perlu di ingat bahwa Alloh itu tidak pernah memberikan ujian yang melebihi kemampuan hamba-hambanya! Dan itu terbukti dalam perjalanan kehidupan saya. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dan bulanpun berganti tahun. Sudah hampir dua tahun saya menjalani berbagai rutinitas yang notabenenya sekolah sambil bekerja untuk memenuhi biaya sekolah dan meringankan beban orangtua. Sekarang sudah di akhir periode saya mengenakkan seragam putih abu-abu ini, saya harus berani menentukkan arah tujuan hidup yang sebenarnya, walaupun saya berlatar belakang orang yang tidak mampu, jika yakin dan sungguh-sungguh apapun pasti bisa di jalani. Jika kita mempunyai usaha yang keras untuk maju dalam suatu sistim maka ada sistim yang lain yang akan ikut membantu meringankan beban kita tersebut. Benar sekali, sinar itupun datang dengan sejuta harapan baru untuk masa depan. Ya, itulah Beasiswa Bidik Misi yaitu program bantuan pendidikan dari Pemerintah yang secara khusus di berikan kepada setiap putra dan putri bangsa yang di nilai berprestasi akan tetapi mempunyai latar belakang tidak mampu yang mengacu pada pembukaan UUD 1945. Saya pribadi sangat antusias terhadap program yang telah di gulirkan pada periode ke dua pada saat itu. “Menggapai asa dan memutus rantai kemiskinan”, itulah kalimat sakral yang di gembor-gemborkan kebijakan baru di dunia kependidikan Indonesia yang harapannya dari lapisan masyarakat kelas menengah ke bawah inilah akan membantu pemerintah untuk membangun bangsa kita ini. Alhamdulillah informasi program tersebut sampai di daerah saya terutama di sekolah saya. Kepala Sekolah, Guru, Staff sangat menerima program yang digulirkan oleh pemerintah itu. Mereka mulai memproses data siswa yang di nilai layak untuk mendapatkan biaya bantuan pendidikan tersebut termasuk saya. Jujur sekali, saya ditempatkan di urutan ke tiga dalam sistim perangkingan di sekolah dan itu menambah bangga orangtua saya dari prestasi-prestasi yang telah saya ukir sebelumnya. Saya di daftarkan melalui jalur SNMPTN Undangan Bidik Misi Tahun 2011, ketika proses pendaftaran di perkenankan mendaftar dua perguruan tinggi negeri dengan tiga jurusan di masing-masing perguruan tinggi tersebut. Saya memilih Universitas Lampung dengan jurusan pilihan yaitu: Pendidikan Kimia; Pendidikan Biologi dan Agroteknologi sedangkan untuk Perguruan tinggi ke dua saya memilih Universitas Diponegoro dengan jurusan yang saya pilih adalah: Teknik Kimia; Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Peternakan.Ragu-ragu vs Optimis tentu dirasakan, akan tetapi kembali lagi dengan niat yang kita bangun sungguh-sungguh, apakah berkorelasi positif dengan realita yang ada atau tidak itu yang akan menjawab problema tersebut. Di samping menunggu hasil pengumuman Ujian Nasional (UN) ditambah lagi menunggu hasil verifikasi dan pengumuman SNMPTN Undangan. Waktu luang untuk menunggu saya gunakan untuk membantu orangtua saya berjualan dan mengajar ngaji lebih intensif. Ternyata rentang waktu pengumuman dari keduanya tidaklah terpaut lama. Sekian lama menunggu, inilah waktu pengumuman Ujian Nasional, senang, sedih dan bangga bercampur ketika membuka amplop pengumuman hasil UN tersebut, sujud syukurpun tak terelakkan. “Lulus UN”! Waktu seminggupun berlalu, kabar pengumuman SNMPTN Undangan gencar di bicarakan, tetapi ketika itu saya tidak terlalu mengetahui tentang informasi yang sebenarnya. Suatu malam tepatnya pukul 21.25 WIB saya sedang beristirahat dengan ibu, tiba-tiba Handphone saya berbunyi, ternyata ada pesan singkat dari guru pembimbing SNMPTN, benar sekali saya sangat terkejut dan heboh ketika membaca pesan singkat tersebut. Begini tepatnya “Selamat ya Lugito kamu diterima di UNILA Jurusan Agroteknologi”. Lalu saya terus mengkonfirmasi apakah informasi tersebut adalah benar, orangtuapun sangat terkejut sekaligus bangga terhadap apa yang telah Ia saksikan. Aku pun memeluk Ibu dan merasa sangat senang dan tidak dapat diutarakan dengan kata-kata lagi kebahagiaan itu. Hari berikutnya saya melengkapi berkas-berkas yang harus di penuhi guna proses pendataan lebih lanjut. Suka dan senang tentu di alami dalam pengumpulan berkas tersebut, mulai surat-surat yang kurang dan tidak ada, harus bolak-balik ke kampung halaman (sekolah dan kelurahan). Akan tetapi semua itu merupakan suatu pelajaran dan pengalaman yang berharga yang di kemudian hari dapat membantu adik-adik berikutnya. Dua minggupun berlalu, sekarang waktunya pengumuman final hasil verifikasi penerima Beasiswa Bidik Misi UNILA. Subhanaulloh, ternyata nama saya tepat tercantum pada nomor rangking ke 16. Sekarang adalah waktunya saya untuk harus memulai dan mengatur ulang strategi apa yang harus saya jalani di lembaran yang baru ini. Tentunya restu dan do’a dari orangtua adalah yang utama setelah berdo’a dan berserah diri pada Yang Maha Kuasa. Di dalam jiwaku sudah mulaiku tanamkan dengan pasti bahwa, saya harus dapat menjadi “orang” untuk membahagiakan orangtua, membangun masyarakat dan negara. Mengutip pernyataan motivasi dari Mantan Presiden Amerika Serikat “Jangan tanya apa yang bisa dilakukan negara untukmu, tetapi tanyalah apa yang bisa kau lakukan untuk negaramu” (John F. Kenedy). Ya dengan Bidik Misi inilah salah satu jalan untuk kita berkiprah dan bersama-sama memperbaiki masa depan melalui pondasi keilmuan. Adapun pesan yang dapat di ambil dari kisah yang telah saya utarakan dalam karya ini adalah “Banyak seorang motivator mengemukakan makna tentang sebuah kesuksesan yaitu mulai dari perubahan yang lebih baik, kemampuan bertahan dari suatu ujian atau suatu taraf pencapaian dari sesuatu yang luar biasa” akan tetapi menurut saya makna dari sebuah kesuksesan yang sebenarnya adalah “suatu usaha yang keras dan sungguh-sungguh yang di landasi oleh suatu kejujuran untuk memulai sesuatu yang baru”Insya Alloh Kesuksesan akan mengikutimu. Selamat berkarya dengan usaha anda! Salam BIDIK MISI! Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Comments

Popular Posts