TPB dan Sebuah Sistem


Penerapan TPB, atau Tingkat Persiapan Bersama, memberlakukan persamaan mata kuliah sebagai dasar kesiapan memasuki jenjang/ tingkatan departemen/departemen yang nantinya akan mereka pilih. Masa perkuliahan mahasiswa TPB IPB adalah satu tahun. Dengan demikian, mahasiswa baru belum mendapatkan mata kuliah-mata kuliah yang berorientasi pada departemen/departemen impiannya. Program TPB IPB diselenggarakan untuk membimbing mahasiswa baru menjalani kehidupan kampus secara terarah, baik dalam hal akademik maupun non-akademik. Ini dibuktikan dengan tidak hanya program perkuliahan saja yang disiapkan untuk menunjang kompetensi mahasiswa baru, tetapi program-program softskillseperti bimbingan dalam asrama TPB lengkap dengan program pembimbing akademik dan multibudaya. Kampus menerapkan kebijakan wajib tinggal asrama ini selama satu tahun, dengan tujuan melatih mahasiswa untuk belajar bertenggang rasa dan bergaul tanpa terkotak-kotak. Meskipun sistem TPB ini terbilang efektif dan sangat positif dalam mengembangkan potensi mahasiswa baru, tetapi ada hal-hal yang dinilai kurang dalam penyamarataan mata kuliahberbagaidepartemen. Mahasiswa FEM (Fakultas Ekonomi Manajemen) misalnya, akan mendapat mata kuliah biologi, kimia, fisika, dan beberapa ilmu eksak lainnya. Demikian pula halnya dengan mahasiswa FMIPA, mereka juga akan dikenai beban SKS mata kuliah non-eksak seperti olahraga, ekonomi, dan sosiologi. Padahal, kedua fakultas tersebut memiliki eligibilitas keilmuan yang berbeda. Ketika disampaikan dalam acara pra-MPKMB (Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru-red), pengelola TPB IPB mengungkapkan pernyataan positif perihal sistem tersebut. “TPB dibuat untuk menyamakan pemahaman ilmu agar nantinya mahasiswa lebih siap menghadapi dunia kerja yang mungkin tidak sesuai dengan departemen yang ditempuhnya. Jadi jangan heran kalau insinyur pertanian bisa tiba-tiba bekerja di bank, jadi manajer asuransi, atau ekonom. Itu semua bermula di TPB.” Dari pemaparan tersebut, IPB dianekdotkan dengan sebutan “Institut Pleksibel Banget”, “Institut Perbankan Bogor”, dan lain-lain. Perlu diperhatikan, akademik TPB IPB mendapat jatah 36 SKS, atau setara dengan 25% jatah SKS mahasiswa jenjang Sarjana (S1). Hal ini perlu dikaji mengingat setiap departemen memiliki kompetensi/ eligibilitas yang saling berbeda satu sama lain. Fakultas Kedokteran Hewan misalnya, SKS yang dibebankan sebanyak 121 SKS (di luar SKS TPB), tentunya dinilai lebih sedikit daripada FKH non-IPB yang tidak menyelenggarakan program TPB. Sistem TPB yang berlaku ini seolah ‘memaksa’ mahasiswa untuk kuliah di departemen selama tiga tahun saja (dalam skala kelulusan normal). Sangat berbeda dengan Universitas/ Institut lain yang sudah memasukkan mata kuliah departemen sejak tahun pertama sehingga mereka dapat lulus 3,5-4 tahun. Mata kuliah dasar memang perlu diterapkan untuk menunjang kemampuan mahasiswa menghadapi mata kuliah terapan, tetapi kategori ini juga dapat dikatakan sedikit berlebihan jika mata kuliah dasar yang kurang menjurus pada ilmu terapan departemen, menyebabkan terkikisnya jatah SKS. Pelajaran yang diterima semasa SD sampai dengan SMA seolah dianggap belum memenuhi syarat dasar ilmu pra-kuliah. Masih dalam kasus contoh Fakultas Kedokteran Hewan, ketika (misalnya) mahasiswa FKH UGM sudah mulai belajar anatomi dan histologi(Anhis) hewan 1, mahasiswa FKH IPB sedang belajar ekonomi. Ketika mahasiswa FKH UGM sedang menginjak Anhis hewan 2, mahasiswa FKH IPB baru memulai di Anhis hewan 1. Bukan tidak mungkin, FKH UGM masih memiliki kurikulum Anhis hewan 3 di semester berikutnya, sedangkan FKH IPB tidak memilikinya karena SKS yang telah dipangkas saat TPB menyebabkan kurikulum mata kuliah yang seharusnya bisa banyak dan berseri seperti Anhis 1 dan 2 juga ikut terpangkas, padahal kompetensi sebagai dokter hewan harus menguasai keilmuan secara mendalam dan kajian lebih lanjut. . Secara mendasar, kebutuhan akan hal fokus keilmuan harus diutamakan mengingat jurusan dibuat untuk penelusuran kemampuan (skill) dan minat seseorang.Tentu hal ini berlaku pula untuk semua departemen yang terdapat di IPB. Meski demikian, sistem TPB yang diterapkan IPB masih cukup efektif dalam hal pengembangan kompetensi mahasiswa baru, khususnya dalam hal non-akademik. Lulusan IPB tetap membanggakan di luar almamaternya, bahkan prestasinya sudah mencapai taraf internasional.TPB IPB juga dinilai mahasiswa sebagai ajang ‘pendongkrak’ nilai sebelum mereka benar-benar terjun menghadapi mata kuliah yang semakin kompleks seiring dengan kajian ilmu di masing-masing departemen. Dengan diterapkannya sistem TPB di IPB, jangan heran ketika mahasiswa tingkat saat ditanya oleh mahasiswa non-IPB: “Kuliah di FKH susah ‘gak? pelajarannya apa aja? Sibuk pastinya!”, mereka baru bisa menjawab: “Iya, susah, FKH lagi sibuk ngurusin tugas Ekonomi sama Sosiologi!”maz anief

Comments

Popular Posts