Apakah Ada Yang Benar-Benar Terlambat Dalam Hidup Kita ??


Maudy Ayunda - Cinta Datang Terlambat | Official Video clip
Cinta Datang Terlambat - Maudy Ayunda
Tak 'ku mengerti mengapa begini
Waktu dulu 'ku tak pernah merindu
Tapi saat semuanya berubah
Kau jauh dariku
Pergi tinggalkanku
Mungkin memang kucinta
Mungkin memang kusesali
Pernah tak hiraukan rasamu dulu
Aku hanya ingkari kata hatiku saja
Tapi mengapa cinta datang terlambat
Tapi saat semuanya berubah
Kau jauh dariku
Pergi tinggalkanku
Mungkin memang kucinta
Mungkin memang kusesali
Pernah tak hiraukan rasamu dulu
Aku hanya ingkari kata hatiku saja
Tapi mengapa kini cinta datang terlambat

Hello!
Sepertinya lagu diatas cocok untuk postingan kali ini. Kadang aku bertanya-tanya, apakah ada yang benar-benar terlambat? Ya mungkin ada, banyak malahan. Tak jarang menimbulkan penyesalan yang dalam. Tapi, apakah keadaan akan lebih baik jika sesuatu yang kita inginkan itu tidak datang terlambat? belum tentu. Tuhan adalah sebaik-baik pembuat rencana. Banyak hal-hal dalam hidupku yang datang terlambat. Maka kini aku akan menceritakannya satu per satu, sembari berusaha untuk mengambil hikmahnya.

1. Belajar Renang


Sesungguhnya sejak dulu aku ingin bisa berenang. Pertama kali belajar saat pelajaran olahraga di Sekolah Dasar. Tapi karena satu guru olahraga menangani 30an siswa, otomatis tidak bisa fokus mengajari atau membenarkan gerakan siswa satu per satu. Bahkan saat itu meluncur pun tidak bisa.

Kesempatan kedua aku dapatkan saat SMA. Sebelum angkatanku masuk, di SMA ku renang adalah mata pelajaran wajib dalam olahraga. Tapi kemudian negara api menyerang. Guru olahragaku, Pak Satriyo bercerita panjang lebar mengapa saat angkatanku masuk, pelajaran renang tidak diperbolehkan. Mulai dari protes dari para guru, adanya siswa yang merasa keberatan dengan iuran masuk kolam, dll. Intinya adalah tidak ada lagi pelajaran renang. Baru ada lagi saat angkatanku sudah lulus. Sedih nggak sih? ya mungkin sudah nasibnya begitu.

Namun saat itu Pak Satriyo memberikan opsi, bagi yang ingin belajar renang bisa mendaftarkan diri ke beliau. Aku sangat tertarik sebenarnya, tapi karena renangnya di Kolam Pemandian Bektiharjo yang cukup jauh dari rumah, jadinya tidak diperbolehkan oleh bapakku. Alasan lainnya adalah karena yang mengajar guru laki-laki.

Aku masih belum menyerah. Aku tahu ada dua teman baikku yang bisa berenang, yaitu Putri dan Bima. Jadi saat liburan sekolah aku minta mereka untuk mengajariku di Kolam Renang Pahlawan. Hasilnya? aku sudah bisa meluncur. Sayangnya, baru dua kali pertemuan sudah tidak diizinkan untuk berenang lagi sama bapakku. :(

Di Bogor, aku sempat ikut grup belajar renang yang dibentuk oleh seniorku, Kak Hakim. Tapi setelah beberapa waktu masih belum ada perkembangan bagaimana sistem belajarnya, pertemuannya dimana, dll. Intinya belum ada action, jadi belum ada terjun ke kolam renang sama sekali. Selain itu, di grup itu juga dijadikan ajang jualan oleh oknum-oknum tertentu. Kalau tidak boleh berjualan di grup, mereka mengirim private message ke nomor whatsappku langsung dong. Aku jelas terganggu, karena hampir tiap hari dia promosi padahal aku tidak kenal. Akhirnya aku block nomer HP nya, dan aku keluar dari grup tersebut.

Yang terakhir, saat aku sudah lulus dari IPB, bulan November aku mencari informasi mengenai les renang yang pengajarnya perempuan. Teman SMA ku menyarankan untuk langsung datang ke Kolam Renang Pahlawan dan bertanya kepada petugasnya. Akhirnya bisa bertemu dengan Ibu Slamet alias Ibu Anisa Kusumawardhani, guru renangku saat ini. Sesungguhnya aku ingin belajar gaya dada dan gaya bebas. Namun hingga 14x pertemuan, aku masih stagnan pada gaya dada. Mempertimbangkan sisa budget yang aku punya saat ini, dan aku tidak yakin jika aku masih lanjut hingga pertemuan keberapa aku baru boleh belajar gaya bebas? aku tidak tahu bagaimana kedepannya. Setidaknya aku sudah bisa berenang, meskipun hanya terbatas pada gaya dada. Tadinya kupikir untuk belajar gaya dada dan gaya bebas, 3 paket (15x pertemuan) akan cukup. Ternyata tidak semudah itu fergusso. Ya aku berharap semoga nanti suatu saat akan ada kesempatan lagi, entah belajar dari teman, atau siapapun. Mengingat aku belum bekerja dan sudah tidak ada budget lagi untuk lanjut. Mungkin jika di pertemuan ke 15 atau 16 misalnya, aku sudah boleh belajar gaya bebas, aku akan lanjut. Tapi siapa yang bisa menjamin? Sesungguhnya di dunia ini tidak ada yang pasti. Disyukuri saja apa yang ada :)

Memang terkesan terlambat kan baru bisa berenang di usia 23 tahun? tapi menurutku tidak masalah daripada tidak bisa sama sekali. Setidaknya aku sudah berusaha, aku pernah belajar, dan akhirnya aku bisa. Jika kita menginginkan yang ideal, menurutku idealnya aku sudah harus belajar renang sejak TK. Tapi mengingat kondisi keluargaku saat itu, tentu mustahil. Apalagi di masa kecilku hanya ada kolam renang bektiharjo yang jauhnya masyaAllah -___-. It just impossible.

2. Belajar Piano


Aku jatuh cinta pada balet, musik klasik, piano dan biola sejak kecil. Kalau tidak salah, saat duduk di Taman Kanak-Kanak aku sudah mengagumi musik klasik yang mengiringi tarian balet di televisi. Aku memainkan piano (mainan) pertamaku kelas 1-2 Sekolah Dasar. Pendengaranku cukup peka saat itu. Aku mampu menemukan nada-nada yang pas dari lagu-lagu sederhana yang kudengar. Contohnya Twinkle-Twinkle Little Star. Tapi sebagai anak kecil, aku tidak tahu kalau mungkin itu yang namanya 'bakat'? Sayangnya keadaan ekonomi begitu mengerikan saat itu. Bapakku sakit bertahun-tahun sehingga tidak bisa bekerja. Tentunya aku tidak bisa minta dibelikan piano yang lebih besar. Aku juga tidak tahu jika ternyata di Tuban ada kursus musik. Padahal Pak Taufik bilang Paranada sudah berdiri sejak tahun 1997. Tapi di masa itu, tak ada yang akan mengantarku pula ke tempat kursus yang ada di tengah kota kan? Saat kelas 5-6 SD aku pernah melihat plang sebuah lembaga kursus musik di Jalan Pahlawan. Saat itu cita-citaku ingin sekali mendaftar kursus piano kesana. Tapi bahkan hingga lembaga itu tutup, aku belum punya kesmepatan belajar disana sama sekali.

Masa SMP aku lalui dengan penuh cobaan. Kakekku terkena stroke selama berbulan-bulan hingga akhirnya meninggal. Nenekku yang tadinya tinggal dirumah Pak Dhe ku ngotot ingin pindah kerumahku. Karena beliau sudah tidak bisa melihat, otomatis aku punya tugas membantu beliau, termasuk menemani dan mencuci pakaiannya. Adikku juga lahir sewaktu aku SMP otomatis beban ibuku bertambah sehingga sering aku diminta menggantikan beliau mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Selain itu, adikku pernah sakit parah hingga membuat penyakit bapakku kumat. Keadaan keluarga berantakan, termasuk nilai-nilai sekolahku yang anjlok. Nenekku juga beberapa kali masuk rumah sakit saat itu. Sepupuku yang baru lahir, sakit keras kemudian meninggal dunia. Dan, keadaan ekonomi keluargaku juga benar-benar buruk saat itu. Tentunya tak ada kesempatan untuk belajar piano bukan?

Masa SMA memang lebih baik. Aku bahkan diterima SMA favorit dan mendapatkan beasiswa bimbel dan jaminan beasiswa kuliah di universitas tertentu dari PT. Semen Gresik. Tapi ini adalah salah satu masa-masa paling ambis dalam hidup. Karena aku ditempatkan di kelas unggulan, otomatis teman sekelasku, selain cerdas, juga ambis. Kami selesai pelajaran sekolah pukul 14.00 WIB, seharusnya. Tapi anak kelas unggulan harus mengikuti kelas tambahan hingga pukul 16.00 WIB. Karena aku mendapatkan beasiswa Bimbel di Primagama dari PT Semen Gresik, aku masih harus mengikuti bimbel dari pukul 16.00 - 18.00 WIB. Sudah cukup? Belum saudara-saudara. Karena kelemahanku dari kecil memang di persoalan hitungan, di SMA sejak kelas X-XII aku terdaftar menjadi murid les kimia Ibu Nurul. Kalau tidak salah masuknya 2x seminggu, dari pukul 18.30-20.30 WIB. Cukup? Belum.

Aku menjadi sekretaris MPK dan SISPELIDUP. Otomatis kadang masih harus mengikuti rapat atau kegiatan organisasi (biasanya camping/kemah bertemakan lingkungan) pada hari sabtu-minggu. Cukup? Belum. Aku juga tergabung dalam ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja, otomatis aku sering menghabiskan waktu bersama teman-temanku untuk membuat essay, dan karya ilmiah untuk mengikuti perlombaan, yang sebagian besar ada diluar kota. Melihat padatnya kegiatanku saat itu, rasanya bisa bernafas dan tidur saja alhamdulillah. Tadi belum kucantumkan kan tugas-tugas sekolahku yang seabrek? produktif sekali memang. Tapi jadinya ya bisa dibilang aku kehilangan masa SMA yang 'katanya' indah itu. Maka impossible sekali aku bisa ikut les piano dengan jadwal harianku yang sepadat itu. Satu-satunya kesempatanku memegang piano adalah saat kelas XI ditugaskan membuat kreasi musik dan tarian. Maka aku ambil bagian sebagai pemain piano mengiringi teman-temanku yang menari.

Masa SMA yang ambis ada hikmahnya juga lho. Aku tidak yakin jika seumpama aku tidak ambis, nilai-nilaiku tidak tinggi, prestasiku tidak banyak, apakah bisa aku diterima di IPB jalur SNMPTN Undangan? Sesungguhnya memang jalur ini yang aku impikan karena aku tidak perlu bersusah payah mengerjakan soal SBMPTN yang mengerikan itu. Yeah aku sempat ikut bimbel SBMPTN di Primagama setelah UN. Takut kalau tidak diterima SNMPTN tapi juga takut sama soal SBM, terutama soal fisika. Semua hal ada hikmahnya kawan-kawan. Dan usaha kita pasti akan membuahkan hasil, meskipun hasilnya kadang tidak terlihat saat itu juga.

Sempat berencana jika saat kuliah aku bisa belajar bermain piano. Aku punya teman yang jago main piano, dia adalah teman sekamarku di asrama, Mbak Dani. Dia bilang saat kecil ikut kursus piano. Aku pernah bertanya kepadanya, berapa biaya yang dia keluarkan untuk kursus piano? Dia bilang Rp 100.000,- sekali pertemuan. It's too expensive to me, of course. Selain itu juga faktor jarak yang tidak memungkinkan. Bogor (Dramaga), tempat yang aku tinggali, adalah salah satu tempat dengan tingkat kemacetan paling parah. Selain tempat tinggalku di Thailand, di Jalan Phahonyothin tentunya. Tapi di Thailand kan karena memang sedang dibangun sistem transportasi kereta bawah tanah di sepanjang jalan itu, makanya macet. Tapi di Dramaga macetnya setiap hari, setiap waktu. Sedangkan tempat kursus musik pasti adanya di pusat kota Bogor. Dengan keadaan yang tidak punya kendaraan sendiri, tentunya butuh effort sangat banyak dalam segi waktu, biaya, maupun tenaga. Selain itu kegiatanku saat kuliah juga tidak kalah padat dengan SMA. Aku pernah jadi sekretaris IGAF, Sekdep Forces, Sekdep BEM Faperta, dll. Ambisku juga semakin menjadi-jadi dengan mengikuti banyak sekali kompetisi menulis, essay, paper, karya ilmiah, bahkan exchange keluar negeri. Belum lagi tugas kuliah, kepanitiaan, tugas akhir, ngajar bimbel, kerja part time, dll.

Sebenarnya saat tinggal di Akehama, Jepang, aku sempat belajar piano pada temanku, Nyan-Nyan. Tapi memang kurang maksimal karena kami tidak punya media piano yang asli. Nyan-Nyan mengajariku dengan media IPAD. Tapi saat itu aku sudah merasa underestimate pada diriku sendiri yang tidak bisa-bisa. Aku sempat merasa jika aku sudah terlalu tua untuk memulai. Padahal Nyan-Nyan pasti sudah berusaha menjelaskan dengan sebaik mungkin.

Mungkin memang jalanku yang terbaik untuk belajar piano adalah saat ini. Saat sudah tidak ada tanggungan menyelesaikan study (kuliah S1), namun juga belum disibukkan dengan pekerjaan. Memang, bagi sebagian orang terlihat terlalu tua saat aku baru mulai belajar piano dan renang di usiaku yang ke 23. Tapi aku bersyukur, setidaknya aku masih punya kesempatan untuk mewujudkan cita-citaku yang sudah terpendam sejak kecil.


3. Mendapatkan Pekerjaan

Hmmmm cerita nggak ya? Sebenarnya aku masih ragu untuk cerita karena SK ku belum turun. Tapi karena pengumumannya ada di website, dan teman-temanku juga mendaftar, otomatis sudah banyak yang tahu jika aku diterima. Tapi, alasanku belum berani cerita, bahkan ke nenekku, adalah karena takut PHP lagi seperti dulu. Jadi tepat setelah aku lulus, aku mendaftar ke sebuah perusahaan di Jakarta. Sudah sampai tahap akhir, hingga medical check-up bahkan. Harapanku sudah terlampau tinggi karena temanku yang bekerja disana mengatakan bahwa yang lolos hingga medical check up hanya aku seorang. But guess what? Bahkan hingga hari ini tidak ada kabar lebih lanjut dari perusahaan tersebut. Padahal diterima/tidaknya kita, harusnya ada pemberitahuan agar ada kejelasan, agar kita tidak menunggu, agar kita bisa daftar ke perusahaan lain. Alhamdulilahnya, yang ketrima disana adalah teman kuliahku sendiri. Jadi dia yang mengabarkan kalau dia yang ternyata diterima, jadi aku tidak perlu menunggu lagi.

Yang satu ini, aku harap semua prosesnya lancar, tanpa ada kendala apapun, dan SK maupun SPMT bisa segera aku terima. Karena apa? diterima di posisi ini benar-benar membuat bangga kedua orang tuaku. Bahkan satu desa langsung tahu, gara-gara yang diterima hanya aku dan satu lagi, anak orang terkaya di desaku. Sedih aja sih kalau misalnya PHP lagi kayak perusahaan di Jakarta. Dan keinginanku juga ingin membuat orang tuaku senang, bangga. Aku jadi merasa menjadi anak yang berguna. Semoga saja, kali ini, aku benar-benar resmi diterima. Amiinn...

Btw, kenapa urusan pekerjaan juga aku masukan disini? Karena aku lulus bulan September, dan sekarang sudah Maret. Yeah, aku belum masuk kerja setelah enam bulan lulus. Jika SK dan SPMT sudah keluar dan namaku tertera di dalamnya, insyaAllah April mulai bekerja. Jika itu benar-benar terjadi, alhamdulillah sekali. Sebenarnya keinginanku tidak muluk-muluk sih, aku bisa menyenangkan hati orang tuaku juga sudah tentram. Setidaknya aku tidak menjadi produk investasi yang gagal. Dan untuk pekerjaan yang satu ini, proses seleksinya memang sangat panjang. Aku sudah mendaftar semenjak lulus dan ijazahku keluar. Sepertinya bulan Oktober. Kemudian melalui setiap tahapan tes demi tes dengan sabar dan semangat, sampai akhirnya namaku muncul di pengumuman akhir, sebagai pemegang skor tertinggi di formasiku. Alhamdulillah.

Dan karena prosesnya yang panjang, aku juga jadi punya waktu luang dalam masa penantian. Waktu luang inilah yang aku pakai untuk les renang, les piano, membaca koleksi buku-buku yang belum terbaca, merawat kucing, bercocok tanam, berbenah rumah, menulis artikel, dan lain-lain. Jika aku setelah lulus langsung bekerja, mungkin hingga saat ini aku belum bisa berenang dan belum bisa bermain piano. Jadi aku ambil hikmahnya saja. Allah punya cara yang terbaik untuk mengantarkanku menggapai mimpi-mimpiku. :)

4. Memelihara Kucing


Semenjak masih kecil aku sangat sayang kepada hewan (dan tumbuhan). Semua keluargaku tahu jika dulu setiap Bapakku menyembelih ayam, aku selalu menangis dan meminta kepala ayam disambungkan kembali ke badan ayam agar ayamnya hidup kembali. Dulu sewaktu SD juga punya kucing yang sangat aku sayang bernama Kuning. Saat SMA aku awalnya punya dua pasang kelinci, sampai kemudian berkembang biak menjadi 16, dan mati satu per satu dimakan kucing, aku berikan ke sepupu-sepupu, tetangga-tetangga, diambil orang, dan mati karena usia tua. Yeah ternyata merawat kelinci memang tidak gampang. Lebih gampang merawat kucing sebenarnya. Semenjak kuliah aku sering ditawarin si gendut mau dibelikan kucing, tapi aku menolak karena merasa belum sanggup. Takut mendzolimi binatang jika aku tidak merawatnya dengan baik. Sekarang saat saatnya sudah tiba, dan aku sudah siap, kucing itu datang sendiri. wkwkwk. Enggak sih, ini kucing pemberian bu slamet yang memang punya banyak sekali kucing. Ya aku cukup bahagia bisa merawat Loui. Dia seperti bagian dari keluargaku sendiri sekarang. Intinya tidak ada yang benar-benar terlambat, mereka hanya datang di waktu yang tepat.

5. Membaca Koleksi Buku

Ingin sedikit bercerita, saat di Bogor aku sering sekali membeli buku. Karena apa? aksesnya memang mudah sekali. Banyak toko buku di sekitar kampus. Termasuk toko buku bekas (dan KW) yang harganya murah sekali. Aku bisa membeli majalah bobo seharga Rp 10.000,- untuk 4 buah majalah. National Geographic cuman Rp 7.500,- dan Majalah Trubus seharga Rp 5.000,-. Nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kau dustakan?

Selain itu juga sering banget ada bazar buku seperti Big Bad Wolf, Islamic Book Fair, maupun Bazar Buku Gramedia. Otomatis stok bukuku banyak banget dong. Dan belum semuanya kubaca. Karena belum sempet baca dari bazar sebelumnya, eh udah ada bazar lagi dengan buku-buku yang lebih menarik. Nah alhamdulillah dengan waktu luangku yang sangat banyak ini, aku bisa membaca bukuku satu persatu (kalau nggak lagi YouTube an pastinya).

Kesimpulan

Apakah mimpiku sudah tercapai semua? Beluuumm. Ada satu lagi, aku sangat ingin menempuh pendidikan S2 diluar negeri. Tapi mungkin sekarang belum tiba saatnya, belum menjadi waktu yang tepat. Sekarang waktunya kerja dulu, hehe. Kalau sudah punya pengalaman kerja, harapannya aku bisa lebih fokus mengambil jurusan S2 yang berkaitan untuk menunjang karirku di masa depan. Juga, jika aku S2 tentunya akan perlu surat izin dari atasan. Karena selama aku menempuh study, tentunya harus ada yang menggantikan posisiku sementara waktu dong? ini yang perlu aku pikirkan solusinya. Selain itu, aku belum punya sertifikat skor IELTS minimal 6.5. Untuk menempuh angka ini aku harus belajar dan ikut bimbel khusus persiapan IELTS. Tak lupa menabung mengumpulkan uang karena harganya tidak murah.

Mungkin bagi sebagian orang seusiaku, sudah mulai memikirkan untuk menikah, punya anak, membangun rumah, dll. Kenapa aku tidak pernah membahas hal itu? Karena aku belum siap. Aku belum selesai dengan diriku sendiri. Aku dibesarkan dalam keterbatasan, tapi aku punya mimpi yang besar. Aku hanya tidak ingin, membebani anak-anakku nanti, dengan cita-citaku yang belum terwujud di masa muda. Aku ingin menyelesaikan ambisiku sendiri, aku ingin mengalahkan ketakutanku sendiri, aku ingin menerjang batasan-batasan yang ada pada diriku. Aku harus menyelesaikan urusan dengan diriku sendiri dulu, sebelum berkomitmen dengan orang lain.

Sejujurnya disisi lain, aku takut. Takut kehilangan waktu, kesempatan, dan kebebasanku apabila aku memutuskan untuk berkomitmen untuk menjalani pernikahan di usia muda. Karena mempunyai anak pastinya akan menguras waktu, tenaga, pikiran, biaya, juga kebebasan kan?. Ya aku juga tidak mau dzolim jika aku tidak bisa mengurus mereka dengan baik karena aku belum selesai dengan urusanku sendiri.

Seperti skill berenang, main piano, dan mendapatkan pekerjaan yang aku peroleh dengan terlambat, menurut pendapat orang lain, bagiku tidak masalah. Karena saat itulah waktu yang tepat. Termasuk juga masalah pernikahan. Aku yakin, Allah akan memilihkan waktu yang tepat untukku. Disaat aku benar-benar siap. Jika memang takdirku bisa menikah dengan seseorang. Jika tidak? ya tidak apa-apa. Mungkin aku bisa bermanfaat untuk dunia ini, terutama orang sekitarku, dengan cara lain. :)

 Aku sangat bersyukur dengan apapun yang telah aku lalui selama 23 tahun aku hidup di dunia ini. Tuhan benar-benar ada. Tuhan mendengar doa-doaku. Dan Tuhan mengabulkan permohonanku dengan waktu yang tepat, dan dengan cara-Nya yang tidak diduga-duga. Aku tidak merasa aku benar-benar terlambat. Aku bangga bisa belajar banyak hal, punya skill baru, mengunjungi banyak tempat, bertemu banyak orang, dan melalui banyak kejadian yang semakin mendewasakanku. Dan aku tidak perlu merasa berlomba dengan orang lain karena sesungguhnya hidup ini bukan sebuah perlombaan.

Penutup

Beberapa waktu yang lalu aku bertemu dengan Mentari, teman pertamaku di SMA. Dia masuk kuliah tahun 2014, terlambat satu tahun dari seharusnya. Tapi dia bisa lulus tepat waktu pada tahun 2018, bahkan sebelum aku lulus. Keren kan?

Kadang hidup itu tidak bisa dilogika, belum tentu orang yang masuk kuliah lebih terlambat dari kita, lulusnya akan telat juga. Buktinya dia bisa lulus tepat waktu dan mendapatkan pekerjaan lebih cepat dariku juga.

Aku banyak belajar dari orang-orang disekitarku. Memperhatikan bagaimana Tuhan telah menyiapkan jalan yang terbaik untuk masing-masing dari kita. Tetaplah tersenyum, tetaplah semangat, karena Tuhan ada bersamamu :)


Note : Oh iya, kenapa diatas aku mencantumkan lagunya Maudy Ayunda - Cinta Datang Terlambat?. Yang pertama aku ngefans sama dia. Keren banget S1 di Oxford, S2 diterima di Harvard dan Stanford sekaligus. Multitalenta lagi. Bisa main musik, menciptakan lagu, bernyanyi, acting, cerdas pula. Selain itu, lirik lagunya yang 'terkadang' menjadi cerminan kecemasanku. Wwkkwk.

Cukup sekian,
Have A Nice Day !!!

Comments

Nabila Chafa said…
Hei, Laelaaa, banyak hal dalam hidupku yang belum aku lakukan wkwk

teruslah semangat dengan step step mimpi kamu buat. Libatkan Allah dan ridho orang Tuanya.kita memang tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari selain kita mempersiapkannya

Selamat untuk pekerjaan yang sudah kamu dapat. Semoga betah~
fadhila said…
Amiiinnn...
Terima kasih banyak nabila...
Semangat jugaaa untuk menggapai mimpi-mimpimu dan memakmurkan umat manusia :)

Selamat berjuang !!!

Popular Posts