JIKA SAJA AIR MATAKU BERHARGA......................



Jumat, 28 September 2012
Dear my blog.............
Jika saja air mataku ini ada harganya, mungkin aku udah kaya karena terlalu sering meneteskan air mata.......
Ya, sepertinya masa-masa sulit dalam hidupku sudah tiba lagi. Atau mungkin ini hanya awalnya? Pemanasan sebelum aku menjalani cobaan yang lebih berat lagi? Namun aku yakin, Tuhan selalu punya rencana yang lebih baik. Mungkin dengan memberikan cobaan-cobaan ini padaku sekarang, aku akan belajar, aku akan mengenal bagaimana sabar itu, bagaimana perjuangan itu, bagaimana rasa sakit dan air mata itu, bagaimana kita mampu bertahan dari tekanan paling berat sekalipun dan bagaimana kita akan bangkit dari keterpurukan, menjadi dewasa, menjadi mandiri, tabah dan lebih bijaksana. Dan aku pernah berdoa, aku rela menjalani masa-masa sulit itu sekarang, aku rela ditempa dan digodog sekarang, aku rela menerima cobaan-cobaan ini sekarang, aku tidak akan bersifat kekanak-kanakan lagi dengan menyalahkan Tuhan atau orang lain. Semua murni demi masa depanku, seperti tokoh pewayangan Gatotkaca yang digodog di kawah candradimuka, layaknya besi yang harus di bakar dan ditempa agar bisa dibentuk. Andaikan aku besi, dibakar memang panas, ditempa memang sakit, tapi hasilnya besi itu akan menjadi bentuk yang lebih baik dan pastinya dapat bermanfaat bagi manusia. Aku berharap, dengan melalui semua cobaan dan rintangan ini, aku akan menjadi lebih baik, pribadiku menjadi lebih matang dan siap terjun untuk kuliah dan bermasyarakat yang jauh dari orang tua. Jika tidak begini, maka selamanya aku akan tetap menjadi anak manja. Jika tidak dilatih, maka aku akan terus bergantung pada orang lain dan tidak dapat menjadi dewasa. Jika tidak melalui semua ini, aku tidak akan belajar mandiri dan tegar. Semoga aku bisa melalui semua cobaanmu dengan baik ya Tuhan............
Amin........
Malam ini aku menangis sepuas-puasnya, sejadi-jadinya. Sebelumnya sudah sejak malam kemarin aku kurang bisa berkonsentrasi dalam belajar padahal minggu-minggu ini sedang UH 1. Namun tiba-tiba semua kacau, aku lebih banyak menghabiskan hari-hariku disekolah dengan murung dan melamun dan malam-malam di rumah dengan menangis. Padahal semua orang dikelas terlihat sangat ceria, mereka bisa bercanda tawa dan berfoto-foto ria. Namun aku juga belajar sesuatu, bahwa simpati dan empati dari seseorang yang hidupnya tenang-tenang saja, sangat berbeda dengan simpati dan empati dari orang yang pernah mengalami hal serupa. Saat ini teman perempuan yang benar-benar mengerti akan kehidupanku, dan simpatinya bisa membuatku tenang, nyaman dan tidak sendiri adalah putri. Kisahnya memang berbeda dariku, namun dia pernah mengalami hal yang serupa. Aku mempunyai teman-teman yang baik dan mau mendengarkanku, tapi untuk masalah yang satu ini, kami memiliki beberapa persamaan dan setidaknya dengan hadirnya dia, aku merasa tidak sendiri, aku merasa mempunyai teman yang mengerti dan tidak mengucilkanku atas keadaanku.
Ya, mungkin ada sebagian orang yang menganggapku aneh. Aku memang berbeda dari mereka, aku berbeda dari kebanyakan orang, terkadang aku juga iri melihat mereka yang bisa menjalani hidup dengan normal, masa kecil yang bahagia, keluarga yang harmonis, masa remaja yang indah, dan semua hal yang menjadi “pembeda” antara aku dan mereka. Ujian memang sudah datang semenjak aku masih kanak-kanak dan belum mengerti apa-apa. Saat ayahku sakit, aku sering dititipkan dirumah nenekku karena keadaan ayahku memang sudah parah, memoriku masih dapat mengingat saat ayah setiap hari hanya berbaring dan duduk di kamar tanpa bisa diajak berkomunikasi dan tidak bisa apa-apa. Aku bahkan tidak tahu dia menyadari kehadiranku atau tidak. Aku masih ingat saat pak dhe ku membawakan kantong berisi obat yang sangat banyak, aku ingat saat aku dan ibuku mengantarnya berangkat ke jogja, aku ingat ketika ayah setiap malam dibawa ke sanggar untuk penyembuhan, aku ingat saat perpisahan taman kanak-kanak aku dititipkan pada tetangga karena ibuku sibuk merawat ayahku, dan aku masih ingat dengan jelas saat rekreasi semua temanku membeli boneka, ada boneka kura-kura, winnie the pooh, teletubbies, dll dan aku? Aku justru harus pulang dengan badan yang demam karena saat semua teman-temanku bersenang-senang dengan bonekanya, hanya aku yang tidak memiliki boneka. Aku sudah meminta pada bu dhe, tapi tidak dibelikan. Sekarang aku mengerti, memang bu dhe bukan ibuku sendiri dan seharusnya aku bersyukur bu dhe masih mau mendampingi aku rekreasi karena ibuku harus menjaga ayahku yang sedang sakit. Saat masih kanak-kanak, mungkin masih wajar ketika kita sangat menginginkan sesuatu tapi tidak terpenuhi, badan kita langsung demam. Entahlah aku juga tidak mengerti kenapa tubuhku langsung memberi respon negatif saat itu.
Dimata teman-temanku, mungkin mereka menganggapku anak yang nakal. Ya, di kelas unggulan tentu saja semua anaknya pintar. Dan yang jelas mereka selalu taat peraturan, tidak pernah dihukum, tidak pernah kena skor, sanksi dan tidak pernah bermasalah dengan guru.
Kalau boleh dikatakan mungkin aku memang berbeda jauh dari mereka, saat masih kelas X aku sering terlambat, dihukum, punya masalah dengan guru, salah satunya saat aku menghilangkan kunci ruang olahraga, lalu saat jam ke-0 selalu datang terlambat, nilai ulangan mapel ipa kurang memuaskan, dll. Saat kelas XI kebiasaan lama masih lanjut, tetap saja sering terlambat, bahkan pernah membolos pada saat jam ke-0, sering meninggalkan hari efektif pelajaran karena organisasi, lomba, seminar, dll. Nilaiku juga kurang memuaskan, bahkan yang terparah saat ulangan semester mata pelajaran bahasa jepang, kertas ulanganku dicoret oleh pengawas yang saat itu kebetulan guru BK tanpa toleransi karena aku tidak segera mengumpulkan saat pengawas menyatakan waktu sudah habis. Ya salahku sendiri karena aku benar-benar buta huruf hiragana, katakana apalagi kanji. Tapi rasa bersalahku yang teramat besar adalah pada senseiku, beliau jadi ikut dimarahi guru BK dan wakasek karena ada salah satu muridnya yang bermasalah saat ulangan bahasa jepang. Rasa bersalahku karena sensei selama ini sangat baik, toleran dan tidak pernah marah, bahkan saat kejadian hujan deras, sensei memintaku untuk istirahat dirumahnya sampai hujan reda. Aku juga merasa bersalah pada wali kelasku yang sekarang sudah jadi kepala sekolah di salah satu SMA negeri di kotaku. Dulu selain karena tidak bisa pelajaran yang diajarkannya, aku juga pernah membuat suatu kesalahan fatal yaitu salah kirim sms, ya saat itu HP nokiaku memang sudah bermasalah yaitu nomor yang sudah kita simpan tidak bisa terbaca. Kebetulan sebelumnya aku sudah sms wali kelasku untuk mengundang beliau dalam syukuran. karena nomor di HP ku tidak terbaca nama kontaknya, aku jadi salah kirim sewaktu mau mengirim sms ke aji, temanku karena kebetulan nomornya mirip sampai akhirnya beliau menelponku. Benar-benar kesalahan fatal karena sms yang aku kirimkan pake bahasa ngoko lugu yang tidak  terlalu sopan. Dan masalahku baru-baru ini adalah aku pernah 1 kali lalai (ngantuk) saat bimbel fisika sehingga diomelin habis-habisan oleh pengajarku, saat itu aku udah janji dalam hati nggak akan ngantuk lagi saat fisika dan tidak akan pernah mencari masalah dari guru fisikaku. Namun sepandai-pandainya aku menghindar, tetap saja kena lagi, saat praktikum fisika aku sudah sengaja mencari tempat duduk paling belakang agar tidak kena masalah lagi. Eh malah gurunya pindah ke belakang bangku ku, jadilah aku kena lagi. bermula saat beliau menyodorkan sebuah alat yang aku tidak tahu namanya dan tidak tahu fungsinya, cara kerjanya ataupun cara memasangnya, aku yang masih kaget dan tidak tahu harus aku apakan alat itu masih diam saja sampai beliau marah besar dan menyamakanku dengan anak sekolah luar biasa (SLB). Menyakitkan memang, aku dianggap cacat dan tidak layak sekolah di sekolah biasa. Masalahku adalah aku gampang trauma dan tidak tahan terhadap intimidasi. Jika sekali saja ada orang yang memperlakukan aku seperti itu, maka untuk seterusnya aku akan selalu ketakutan, menghindar dan tidak berani menatap orang itu. Guru BK yang pernah mencoret kertas ujianku, sampai sekarang aku masih ingat tatapan matanya, gambaran emosinya saat memarahiku dan mengata-ngataiku masih terekam jelas. Dan selama ini aku tidak pernah berani menatapnya atau bahkan masuk ruangannya sekalipun karena melihatnya = mengingatkanku pada kejadian itu. Masalahnya, yang aku hadapi sekarang adalah orang yang aku temui 3x seminggu dalam kelas. Tentu saja aku tidak dapat lari dan  menghindar, namun aku masih tidak bisa menatap matanya saat mengajar sekalipun, aku berusaha memandang ke papan atau layar LCD, aku masih takut dan trauma. Namun sepertinya itu bukan cara yang efektif karena meskipun aku sudah berusaha tidak melihatnya, tetap saja aku takut dan tertekan. Contohnya saja tadi saat ulangan harian, aku benar-benar shock! Meskipun berbeda, tapi tipe soalnya hampir sama dengan yang sudah aku pelajari selama beberapa hari terakhir menjelang ulangan fisika. Dan disinilah aku mengetahui kelemahanku, aku tidak dapat bekerja dalam keadaan tertekan. Rumus dan teori yang sudah aku hafakan sejak jauh-jauh hari seakan ludes, musnah, luntur hilang begitu saja. Ya, dapat ditebak soal yang mudah sekalipun, yang sudah aku persiapkan dan aku pelajari, namun hari ini aku tidak bisa mengerjakannya. aku shock karena otakku tidak dapat memberiku ingatan rumus secuilpun, dengan terpaksa aku mengerjakan soal-soal itu dengan ngawur. Aku benar-benar nggak habis pikir, bagaimana bisa tipe soal yang sehari sebelumnya aku sudah yakin bisa, namun pada hari H aku ngaak bisa apa-apa. Sepertinya ini baru kali ini terjadi, untuk mata pelajaran lainnya, matematika misalnya jika nilaiku jelek itu memang karena aku kurang menguasai materi, aku sadar itu. Tapi baru kali ini, aku seperti amnesia. Aku berusaha untuk tidak takut, tidak tertekan, tapi respon tubuhku negatif! Aku masih bingung bagaimana cara yang tepat mengatasi trauma, menghilangkan rasa takut dan tekanan. Dengan kejadian ini aku tahu sesuatu, mentalku masih lemah, aku tidak tahan terhadap tekanan dan intimidasi, respon otak dan tubuhku langsung negatif, membuat otakku macet dan tidak bisa berpikir jernih. Mungkin guru kesayanganku, bu ayuk dapat mengetahui cara menguatkan mental agar traumaku bisa hilang dan aku bisa tahan terhadap tekanan dan intimidasi mengingat bidangnya sebagai guru bimbingan & konseling.
Karakter seorang anak dapat terbentuk mulai dari tahap primer (keluarga), lingkungan sekitar, sekolah dan masyarakat. Kadang aku berpikir, apakah karakter yang kini melekat dalam diriku akibat masa kecil yang suram, keluarga yang tidak harmonis, intimidasi, pengucilan, lingkungan yang kurang mendukung? Sebenarnya ada satu hal yang membuatku takut, jujur aku takut gila. Karena sebelumnya dalam silsilah keluargaku memang bermula dari kejadian-kejadian tragis dan penuh misteri, bahkan sejak zaman nenek moyangku, bisa dibilang generasi keluargaku yang sekarang adalah generasi yang selamat dari kematian. Ayah dari nenekku sudah meninggal sejak nenek masih di dalam kandungan, ibu dari nenekku juga sudah meninggal ketika nenek masih balita dan nenekku punya saudara yang sangat banyak karena ibu dari nenekku pernah menikah beberapa kali karena suaminya meninggal, namun mereka satu per satu meninggal sebelum bisa menuntaskan masa kanak-kanaknya. Dan nenekku sendiri, satu-satunya generasi yang selamat meskipun saat kanak-kanak pernah beberapa kali dinyatakan meninggal namun entah kenapa bisa hidup lagi, sejak bayi memang nenekku seperti sudah ada yang mengincar agar seperti saudara-saudaranya yang lain, sejak kecil tubuhnya sudah digerogoti oleh bermacam-macam penyakit dan diuji dengan menjadi anak yatim piatu. Tapi hebatnya beliau berhasil bertahan hidup dan selamat hingga bisa tumbuh dewasa, namun saat remaja ada suatu kejadian yang membuatnya sangat tertekan sampai akhirnya sakit jiwa. Tidak jauh berbeda dengan yang dialami ayahku, orang-orang menganggapnya gila. Ya dari silsilah keluargaku, bisa dikatakan ayah dan nenekku tidak tahan terhadap tekanan yang teramat berat sehingga jiwanya terguncang. Aku hanya berharap, kejadian itu berhenti sampai pada ayahku saja. Jiwa, mental dan pikiranku harus kuat sehingga aku tidak ikut menjadi gila meskipun punya silsilah seperti itu. Dan tentang sifatku yang tidak disiplin, itu sudah dibentuk sejak aku masih kanak-kanak. Saat di TK, aku selalu diantar saat teman-temanku sudah baris atau bahkan sudah memasuki kelas. Saat SD juga, aku baru datang saat teman-temanku sudah mengikuti senam, mungkin itulah yang membuatku terbiasa datang terlambat hingga sekarang.
Satu lagi, sekarang teman-temanku lagi sibuk-sibuknya mempersiapkan diklat sispelidup. Namun yang aku sesali adalah aku tidak dapat menyertai mereka, entah takdir atau apa tapi setiap hari H diklat sispelidup aku selalu jatuh sakit padahal sebelumnya sehat-sehat saja. Saat aku kelas X, aku terpaksa tidak mengikuti diklat karena demam. Saat kelas XI, aku juga terpaksa tidak mengikuti diklat karena cacar, padahal sehari sebelumnya aku masih aktif membuat proposal, mengatur anggaran dan membuat surat untuk keperluan diklat, tapi sewaktu hari H badanku demam dan bintik-bintik merah mulai muncul di sekujur tubuhku. Tahun ini, saat aku kira dapat mengikuti diklat untuk terakhir kalinya, tenggorokanku terserang radang. Tentu saja orang tuaku tidak mengizinkan aku ikut daripada nanti radangku tambah parah? Jujur saja aku kasihan pada teman-temanku panitia diklat yang hanya berjumlah 12 orang, namun apa yang adapat aku lakukan? Aku hanya bisa hadir saat diklat ruangan tadi siang hingga sore, aku tak dapat menemani mereka untuk kegiatan selanjutnya L
Dan yang aku sesali, kenapa semua masalah bermunculan ketika aku sedang kelas 3? Musimnya ulangan lagi !!! aku tidak tahu bagaimana nasib fisikaku L
Oh ya dan yang paling mengenaskan, kalian dapat melihatku sekarang sebagai orang yang sangat memprihatinkan. Udah kurus, penyakitan, muka loyo, pemurung, mata sembab, item, dan lihat aja sendiri how freak I am. Bayangkan saja berat badanku bisa turun 5KG dalam waktu 2 bulan. Baru saja kemarin waktu ke dokter periksa radang aku menimbang berat badan dan hasilnya Cuma 38KG. Sangat jauh dibawah normal. Padahal sebelumnya berat badanku pernah mencapai 43KG, masih dibawah normal memang mengingat berat badan teman-teman perempuan seusiaku rata-rata 45kg-50kg. Tapi 38KG sungguh suatu lelucon karena adekku yang masih kelas 4 SD saja berat badannya 35KG.
Dan yang lebih menyedihkan lagi, aku benar-benar berduka............
Aku telah kehilangan seseorang yang selama ini sangat penting dalam perjalanan hidupku, seseorang yang sudah 2 tahun menjadi tempatku mengadu dan mengusap air mataku. Seseorang yang bisa berbagi dan berempati denganku, seseorang yang mengerti dan tidak mengucilkanku, seseorang yang dapat menerima segala kekuranganku namun kini dia sudah pergi............
Dan mau tidak mau aku harus bisa hidup tanpanya J
Ya Tuhan, semoga hari esok lebih baik daripada hari ini J
Ammmmiiiiiiiiiiiinnnnn.......................!!!!!!!!!!!!!!!

Comments

Popular Posts