Tak Kenal Maka Tak Tahulah Aku

Hari Jumat, pukul 21:16. Aku belum potong kuku, karena gunting kuku milikku dihilangkan oleh salah satu makhluk paling absurd di IPB, sebut saja Mr.Koala. Kenapa aku tidak beli lagi aja? Karena dia bilang mau ganti. Tapi karena dia memang tinggal di planet lain, sepertinya akan butuh waktu. Jadi jika sampai besok dia masih belum menggantinya, aku beli gunting kuku lagi aja. Oke lupakan masalah tidak pentingku ini, karena kita tidak akan membahas Mr.Koala dan teman-temannya.

Hari ini, sesungguhnya aku tidak tahu harus bilang apa, atau bercerita pada siapa. You know lah, sifat manusia. Jika aku bercerita hari ini pada satu orang, bias jadi besok satu IPB tahu. Yha jadi aku cerita ke makhluk tidak hidup saja, sebut saja blog. Kenapa? Karena tidak ada yang baca blog ku kecuali diriku sendiri. Muahahahahhahhahaha. *ketawa jahat* (atau ketawa miris?)
Yeah, tumblr sudah dihapus oleh kominfo bray, katanya mengandung konten negative. Gue tanya, lebih negative mana sama BIGO LIVE??? Dengan cewek-cewek jablay yang haus perhatian joget-joget memamerkan tubuh sexy nya, atau bahkan yang lebih parah lagi kadang mereka ga pake baju. Gue cuma nggak tahu dimana faedahnya. Ya selain itu, media seperti youtube dan Instagram juga ada akun yang mengupload video yang tidak pantas dilihat kan? Tapi kenapa tumblr yang diblokir????

Gue sebenernya lebih merekomendasikan kominfo menghapus saluran-saluran TV alay yang menampilkan konten tydac mendydyc demi memperoleh rating tinggi. Sebut saja “tercydug, katakan pyutus, ganteng2 sariawan, dll” pokoknya reality show dan sinetron-sinetron yang kurang punya nilai moral itu lah. Selain itu, gue juga lebih setuju kalo Instagram dihapus. Biar makhluk-makhluk tukang pamer-gila likes itu bertaubat. Gue sampai uninstall Instagram, dan nyesel pernah bikin Instagram, saking muak nya. Oke tahan emosi.
Hmmmm pengantar yang cukup Panjang. Karena aku kesusahan untuk mengungkapkan inti permasalahan.

AFTER A MIDDLENIGHT CRYING
Sabtu, 7 April 2018. Pukul 00:03. Aku masih kesusahan mengungkapkan berbagai macam permasalahan yang berkecamuk di dalam diriku. Mungkin benar jika penyakit fisik lebih mudah diobati karena obatnya sudah ditemukan. I mean, we all knows that betadine adalah obat luka, antibiotic Pereda infeksi, dan paracetamol Pereda nyeri. But, bagaimana dengan penyakit mental? Bagaimana dengan penyakit psikis? Bagaimana dengan penyakit kejiwaan? If you think that it will be over by eat some pills, WRONG. Aku hidup puluhan tahun dengan penderita schizophrenia, dan obat-obatan bukanlah jawabannya. Mungkin efeknya hanya untuk sementara, dan jika berhenti minum obat akan kambuh lagi. Itu berarti harus minum obat seumur hidup. Wait, sesungguhnya lebih tepat disebut racun, karena obat itu MELEMAHKAN SISTEM SYARAF. Ya efek jangka Panjang orang menjadi lemot (kurang tanggap dalam berpikir), kehilangan kemampuan fisik, kehilangan gairah seksual, bahkan mengakibatkan kelumpuhan. That’s true dude.

Banyak orang bilang obatnya adalah dukungan dari keluarga, teman, dan lain-lain. Maybe it’s work, not permanently. Tidak selamanya keluarga ada untuk kita, suatu saat saudara-saudari akan menikah, ayah ibu juga tidak hidup selamanya di dunia. Pada akhirnya kita akan ditinggalkan dalam kesendirian. Potensi kumat makin besar. Sekarang aja deh, di umur 20an, teman yang dulunya tak terpisahkan dengan kita, sudah punya kehidupan masaing-masing kan? Tak mungkin kita bisa mengusiknya. Pada akhirnya manusia akan sendirian.

Dan untuk apa yang aku alami sekarang, aku hanya belum tahu apa obatnya. Bercerita ke teman? Itu memalukan. Mereka hanya akan menganggapku gila. Jika beruntung berakhir di psikiater, jika sedang bad luck ya RSJ Menur menunggu. Yha jadi sebisa mungkin mengendalikan dan menyelesaikannya sendiri. Tapi aku juga tidak yakin bisa, aku sama sekali tak punya ilmu untuk menangani masalah psikologis seseorang, apalagi diriku sendiri. Tertekan? Pasti. Hidupku tak bisa seproduktif dulu. Aku bisa menghabiskan berjam-jam menangis tak berkesudahan, atau melamun dan mengurung diri di kamarku berhari-hari. Ya semacam hikikimori, dalam versi yang lebih suram.

Salah satu masalahku adalah penelitian (dan pengolahan data) yang sudah makan waktu satu tahun 4 bulan. Keren kan? Tapi aku terlalu muak untuk menceritakannya disini. Aku hanya ingin pergi sejauh-jauhnya dari IPB, dari Bogor, dari semua tekanan hidup disini.

Oh ya, masalah lain, sebelum aku lupa. Ada kakak tingkat yang mengajak taaruf. Kaget? Tentu. Aku tidak terlalu mengenal beliau karena beda departemen dan tidak pernah satu organisasi. Oke kita buat nama samaran sebagai Mr.Sorghum. Aku tahu dia setelah aku jadi LO nya dalam lomba karya tulis ilmiah. Pernah diajak bikin PKM juga, tapi aku nya tidak bertanggung jawab kepada kelompok. Yha, kita beda departemen, so aku nggak tahu apa yang harus dilakukan dengan PKM yang aplikatif sesuai jurusan Mr.Sorghum banget. Rasa bersalah masih ada hingga saat ini.

Intinya kami jarang berinteraksi. Aku nggak tahu kenapa dia suka aku. Sebelum hari jumat kemarin, aku masih memandangnya sebagai kakak kelas yang baik, ramah, berprestasi, sholeh. Terus tiba-tiba bilang mau taaruf, dan langsung ngirimin CV. Shock. Tidak, aku bukan tipe orang yang akan berbunga-bunga atau semacamnya. Lebih ke kaget aja, why should be me? Ada 8 milyar orang di bumi ini kak. Setelah liat CV nya, rasanya ukuran tubuhku menciut menjadi tinggal sebesar biji bayam. In my opinion, he just too good for me. Dia pantas mendapatkan perempuan yang baik. Bukan yang absurd sepertiku.

Hari jumat juga, teman lamaku anak ITS tiba-tiba ngirimin video berjudul “Orang yang Menjual Hidayah Demi Kepentingan Duniawi”. Jleb! Guwe banget nih. Kok dia tau aja sih. Nah, that’s why aku ngerasa gak pantes buat Mr.Sorghum.

Dulu pas SMA Allah mempertemukanku dengan seseorang yang mampu menuntunku kembali kepada islam, setelah sedari kecil aku ngerasa jika aku agnostic. Yeah, I’m believing God, but not too believe in any religion. Bukan tanpa sebab, karena aku menemukan banyak penyimpangan disekitarku. Something like mencampur adukkan agama dengan adat, or seperti berdoa di kuburan wali “minta” ujiannya lancar dan dapat nilai bagus. Aku saat itu banyak pakai logika, kalau mau pinter ya belajar. Terus, ngapain berdoa minta ke kuburan? Berdoa ya ke Tuhan. Dan bukankah berdoa ke Tuhan juga bisa dari rumah?

Yeah, tapi SMA menjadi titik balik untukku. Seseorang itu anggap saya Mr. Rice. Dia kakak kelasku yang cerdas, multitalenta, berprestasi, sholeh, pandai bergaul, ramah, dan disukai guru-guru. Karena dia begitu keren dan kharismatik, aku mendengarkan perkataan dan menuruti perintahnya. Aku kembali sholat, mengaji, berjilbab. Ya tapi kan cowok sesempurna itu nggak mungkin mau sama aku. Meskipun tadinya dia sempat menyukaiku, sebentar. Ya aku sadar diri aja sih kalau jelek dan nggak pantes.

Intinya, meskipun dengan cara seperti itu, aku mendapatkan hidayah. Berlanjut pas TPB aku mulai menutup auratku dengan sempurna, ikut mentoring, belajar tahsin, rajin ibadah, dll. Ya tapi kesempurnaan seperti itu rupanya tak bertahan lama. Aku lupa mulai semester berapa, intinya dosaku makin menumpuk hingga aku kesulitan untuk kembali menjadi perempuan yang berusaha sholihah. Sekarang aku B aja. Menunaikan ibadah wajib. Dan terkadang kalau lagi rajin ya sholat sunnah dan baca quran. Intinya masih jauh dari sholihah.

Terkadang aku nyesel sih, kenapa aku banyak dosa? Kenapa dulu aku melakukan banyak dosa?

Tapi kan sudah berlalu, aku nggak bisa kembali ke masa lalu. Tapi kerasa sih semakin banyak dosa, makin males ibadah. Aku ngerasa aku udah jelek dan hina. Kasihan orangnya jika ada yang mau sama aku. Apalagi belum tahu sifat asliku.

Everyone has their dark side. But, how if my side is darker than others?

Semua orang memakai topeng, I know. But, bagaimana jika dibalik topengku masih ada topeng lagi? Yang aku sendiri tidak bisa menyelami betapa gelap dan dalam sisi di dalam topengku itu?

Ya, intinya aku masih bocah. Belum punya rencana menikah tahun ini.


Comments

Popular Posts