Ketika Seorang Introvert Jatuh Cinta



Jam berapa ini? 12.48 AM

Tapi aku tak bisa tidur sebelum menuliskan segera hal-hal yang berputar-putar di otak ku, tentang pengalaman hari ini. Apakah akan menimbulkan air mata? Entahlah. Mungkin cerita ini akan menjadi dua sesi jika aku sudah tidak memindahkan dan mengupload gambar-gambar sebagai bukti otentik. aku bahkan bingung harus memulai dari mana dulu karena cerita ini sebenarnya sangat panjang, dan sudah dimulai sejak 10-11 tahun yang lalu. Yang entah mengapa, jika muncul pemicunya, aku bisa jatuh menyelami masa-masa itu lagi. Cinta tak terungkap, kasih tak sampai, perasaan yang bertepuk sebelah tangan.

Semua berawal dari ajakan ibu Slamet, guru les renangku yang ramah dan asyik. Beliau memberikanku kucing Ras Persian Himalayan Red Point. Lalu mengajakku untuk memberikan vaksin kepada kucing-kucing ke dokter hewan di Surabaya. Kami berhenti di beberapa rumah untuk mengambil kucing dari teman-teman bu slamet yang akan divaksin, bersama mbak nimas dan nabila. Tanpa curiga, aku mengikuti mbak nimas ke setiap rumah yang dikunjungi dan membantu memasukkan kucing ke pet cargo. Sampai akhirnya kami sampai pada sebuah gang di daerang ronggomulyo, sebelah utara perempatan sambong seorang ibu menyapa kami dan mengajak masuk ke rumah beliau yang masuk ke dalam gang. Mbak nimas memanggil beliau Tante Padang. Di perjalanan sebelum kerumah beliau, aku membayangkan seorang ibu-ibu pemilik rumah makan padang.

Minggu, 20 Januari 2019 Pukul 3:19 PM

Yep ternyata aku tak kuat menahan kantuk dan capek sehingga ketiduran, hehe. Hari kemarin begitu padat, mulai dari renang di pagi hari, mencuci baju, membersihkan beberapa pet kargo di rumah bu slamet, menjemput kucing-kucing dirumahnya, perjalanan ke surabaya, membantu memegangi kucing saat di vaksin dokter hewan, berburu buku di gramedia, dan perjalanan pulang ke Tuban. But so far, asyik juga sih punya kenalan baru, ilmu baru, pengalaman baru. Dan ngerasa sedikit bangga ternyata fisikku lumayan juga. Capek sih pasti tapi nggak nyampe tepar banget lah. Mungkin efek karena sekarang rajin renang seminggu dua kali. Dulu pas kuliah kan jarang olahraga. Main bulutangkis maupun lari cuma kalau ada temannya. Ok next.

Jadi sampailah kita di gang kecil sebelah utara perempatan sambong, daerah ronggomulyo. Seorang ibu berjilbab dan membawa payung menghampiri kami, memandu ke dalam gang lalu menunjukkan rumah beliau. Sebelumnya aku tidak terlalu memperhatikan wajah beliau, aku dan kak nimas sibuk menyiapkan pet cargo. Setelah masuk ke dalam sebuah rumah lantai dua berwarna krem, aku baru menatap wajah beliau yang sibuk menunjukkan anak-anak kucingnya. Lalu kak Nimas berkata, "Itu Mocca, induknya anak-anak kucing ini, tadinya ada empat tapi mati satu tinggal tiga". Mocca adalah kucing betina yang berperawakan cukup besar, berambut panjang, berhidung pesek. Sepertinya ras Persian Peaknose. Aku memperhatikan wajah Tante Padang yang terasa tidak asing, sepertinya beliau ibunya Bagas (nama samaran), teman sekelasku waktu SMP. Kenapa aku tahu? karena setiap penerimaan rapot, aku memperhatikan beliau, yang saat itu kadang berbincang dengan Tante Heny, ibunya Bima. Di sebelah anak tangga, terdapat beberapa foto yang dipajang, salah satunya adalah fotonya Bagas. Berarti memang benar, pikirku.

Kemudian aku memberanikan diri untuk bertanya, "Tante mamanya Bagas ya?"
Beliau kaget lalu menjawab, "iya, kok tahu?" sambil tersenyum.
"Iya itu lihat di foto, saya teman SMP nya Bagas", jawabku.
Kemudian beliau bertanya, "Rumahnya mana?"
"Tasikmadu", jawabku.

Percakapan selanjutnya beliau menanyakan apakah aku kuliah, dan menceritakan kesibukan anaknya dengan bisnisnya, dan Bagas yang mau umroh dengan ayahnya. Dulu sewaktu masih sekolah Bima pernah bercerita jika Bagas punya toko, dan sekarang dia telah berhasil mengembangkan bisnisnya. Setelah selesai memasukkan anak-anak kucing dalam kandang, kami bergegas masuk mobil. Tante Padang mengantar kami sampai mobil, dan ketika aku sudah di dalam mobil, beliau berkata, "Nah itu Bagas", sambil menunjuk kearah toko. Aku berusaha melihat dari dalam mobil tapi tidak kelihatan. Dan mungkin sebenarnya aku tidak berani bertemu langsung dengannya. Iya aku cemen, dulu maupun sekarang. Meskipun Tante Padang masih berusaha memanggil anaknya, "Sini ada temanmu". Tapi sepertinya dia tidak mendengar karena jarak tokonya yang ada di seberang jalan. Akhirnya kami berpamitan untuk menuju tempat pemberhentian selanjutnya. Di dalam mobil Bu Slamet menceritakan sosok Tante Padang yang baik dan berhasil mendidik anak-anaknya. Juga tentang Bagas, meskipun tidak kuliah tapi sudah berhasil mengembangkan bisnisnya sehingga memiliki beberapa cabang. Satu kata, Keren!! Untuk anak seumuranku. Sedangkan aku belum merasa bisa menjadi anak yang berguna.


Kenapa judul postingan ini "Ketika Seorang Introvert Jatuh Cinta" ??
ini jawabannya.


Yep itu adalah buku harianku ketika SMP, yang hampir semuanya bercerita tentang perasaanku pada Bagas. Pas aku buka lagi tadi malam, sampai berfikir "Gila nggak sih gue bisa menuhin enam buku dengan cerita tentang satu orang? Kayaknya kalau dibikin novel terus dijual, udah jadi kaya nih!". Cerita tentang first crush akan selalu membekas, dan abadi. Meskipun pada kenyataannya aku belum pernah jadian sama dia, belum pernah pacaran, jalan bareng, dan lain sebagainya. Tapi bisa dibilang, itu adalah perasaanku yang paling tulus kepada seseorang. Aku nangis lho ketika nulis ini, inget masa-masa itu lagi. :)

Bahkan sampai sekarang masih bertanya-tanya, "Why I'm always falling love with people I can't have?".

Kenapa aku bisa bilang perasaan paling tulus? Karena aku tidak peduli dengan seberapa ganteng dia, apakah kaya atau tidak, latar belakang keluarganya, akademisnya, visi-misinya, hobinya, dll. Yaiyalah anak umur 13 tahun mana mikirin visi-misi hidup, hehe. Yang jelas ya aku sayang sama dia, tanpa "kenapa" dan tanpa "tapi". Tanpa menuntut balasan, tak peduli meskipun bertepuk sebelah tangan, tidak pernah protes meskipun hanya bisa memandang dari kejauhan, dan perasaan itu bertahan lama sekali.

Kenapa tidak nembak duluan?

I think all of my friends already know that I'm very introvert people. Jangankan mikirin nembak, aku menyapa dia duluan aja nggak berani. Aku berpapasan dijalan sama dia aja malu. Ya mungkin perpaduan introvert + pemalu + rendah diri + pengecut sih. Aku juga nggak berani SMS dia duluan. Kalaupun dulu pas SMP pernah SMSan, karena dia yang memulai. Pernah pada suatu hari ketika aku sudah SMA, dan dia SMK, ada pertandingan futsal antar sekolah. Dia pergi ke sekolahku untuk mendukung tim futsal sekolahnya. Aku kebetulan mau ke ruang guru bersama teman sekelasku, berjalan melewatinya. Aku melihatnya, dia melihatku, tapi tak ada satupun dari kami yang berani menyapa, sebuah kesempatan terlewat begitu saja.

Setiap waktu aku merindukannya, aku menuangkannya dalam puisi, prosa, kata-kata, curhatan, tanpa pernah sekalipun berani mengirimkan padanya. Kemarin aku sempat berpikir, apakah sebaiknya aku serahkan saja semua buku diaryku saat SMP padanya? agar aku bisa benar-benar lepas dari memimpikan seseorang yang tak bisa kumiliki. Tapi setelah dipikir-pikir, apa iya akan berpengaruh? perasaan kan munculnya dari hati, bukan buku diary. Mau aku bakar atau buang sekalipun ya sama saja. Apalagi di umur yang sekarang, setelah sepuluh tahun berlalu. Mungkin saja dia sudah menemukan pendamping hidup, mungkin dia akan segera menikah, dan tidak sepatutnya aku muncul kembali. Meskipun jika aku berani menemuinya sekalipun, tak akan mengubah apapun. Ya aku ini siapa? Cantik enggak, kaya juga enggak, lebih cenderung terlihat seperti "orang aneh" di mata orang-orang. Mungkin saja penyebab aku tak pernah berani mengungkapkan perasaanku pada seseorang adalah karena aku takut ditolak. Mungkin dia tidak suka padaku dan akan menolakku. Itu lebih sakit bukan?

Sebenarnya masih banyak yang ingin aku ceritakan, tapi akan semakin menguras air mata jika aku lanjutkan. Maka akan kulampirkan penggalan-penggalan puisi dan cerita yang pernah aku tulis tentang dia, seseorang yang membuatku jatuh cinta begitu dalam, tapi tak pernah bisa kumiliki.

Nih aku kasih backsound saat membaca puisi-puisiku, biar makin mantap! Judulnya Sampai Jadi Debu, dinyanyikan oleh Banda Neira.
https://soundcloud.com/bandaneira/sampai-jadi-debu-menampilkan-gardika-gigih






Bagi yang pengen tahu deskripsi orangnya seperti apa? Ini gambar yang aku buat sewaktu SMP. :D

Q : Apakah dengan menuliskan ini kamu berharap dia membacanya?
A : Aku berani menulis ini karena yakin dia tidak akan pernah membacanya. Mungkin dia bahkan tidak ingat jika aku pernah ada di dunia ini. Dia tidak tahu blog ku, kontak whatsapp dan sosmedku, dan kalaupun dia tahu, dia tidak akan tertarik untuk mencari tahu. Aku bukan siapa-siapa, dan tidak akan pernah bisa menjadi siapa-siapa.

Iya, mencintai dalam diam memang sakit, jatuh cinta diam-diam itu sakit, perasaan tak terbalas itu sakit, tapi aku bisa apa? bukan aku yang membuat perasaan ini. Perasaan ini muncul begitu saja tanpa bisa kutolak. Jika aku bisa memilih, aku ingin jatuh cinta pada orang yang mencintaiku. Tapi tak bisa.

Setidaknya, aku pernah mencintai seseorang dengan tulus. Dan karenanya, aku berlatih menulis, mengungkapkan perasaanku lewat tulisan, dan menjadi aku yang sekarang. Aku tidak menyesal pernah memberikan perasaanku yang paling tulus padanya, meskipun tak terbalas, meskipun mungkin dia tak mengetahuinya.

Life must go on, right?




Comments

Popular Posts