Apakah Miskin itu Pilihan??
Kamis, 04 Oktober 2012
Menurut kalian, apakah menjadi miskin
itu pilihan? Ataukah sebuah takdir? berkah? Musibah? Kutukan?
Jika saja bisa memilih, aku tidak ingin
menjadi orang miskin. Kalian tahu kenapa? Karena menjadi miskin itu rasanya
tidak enak alias menderita. Bagi orang yang hidupnya selalu berkecukupan, pasti
tidak akan setuju dengan pernyataan saya. Ada sebuah pepatah, “seorang pemimpin
tidak akan pernah mengerti penderitaan rakyatnya yang miskin jika ia tidak
pernah menjadi miskin.” Pepatah ini memang sepenuhnya benar, karena orang tidak
akan pernah mengerti bagaimana rasanya sakit jika ia tidak pernah sakit. Begitu
pula dengan miskin, orang tidak akan pernah mengerti bagaimana penderitaan
orang miskin jika belum pernah menjadi miskin.
Menjadi miskin itu sungguh tidak enak,
sangat tidak enak. Hari-hari yang menurut orang lain biasa-biasa saja bisa
menjadi penuh perjuangan bagi orang miskin. Saya contohkan kejadian yang baru
saja saya alami hari ini. Sore tadi seorang sahabat memanggilku, tadinya aku
kaget kok tumben? Trus dia minta duduk di tempat yang agak sepi pula tapi
akhirnya dia menyampaikan maksudnya. Aku kaget dan baru tahu bahwa selama ini
banyak teman-teman yang menyimpan ketidaksukaan atau kejengkelan padaku karena
satu hal, aku sering meminta makanan. Ya, aku akui hal itu. Sering ketika
teman-temanku membawa makanan, aku minta
sedikit atau istilahnya mencicipi. Tapi aku tidak menyangka kalau ini akan jadi
sumber permasalahanku, teman-temanku banyak yang tidak suka dan menyimpan
kejengkelan karena kebiasaanku itu. Memang mereka tidak pernah mengatakan
apa-apa padaku dan selalu membolehkan aku mencicipi tapi ternyata aku baru tahu
kalau tanpa sepengetahuanku, mereka tidak suka. Ya alhamdulillah ada teman yang
berbaik hati mau memberitahukan kesalahanku karena dengan ini aku bisa berubah
dan memperbaiki kesalahanku.
Sebenarnya ada hal yang menyedihkan
dibalik semua ini, kebiasaan burukku itu berawal dari kebiasaanku yaitu TIDAK
PERNAH JAJAN. Bukan tidak mau, tapi TIDAK MAMPU. Sekarang manusia normal mana
yang tidak suka makanan? Apalagi remaja seusiaku, siapa sih yang tidak suka
jajan? Tapi suka atau tidak suka, tidak ada pilihan jika sudah dihadapkan
dengan KEMISKINAN. Berapapun besarnya keinginan yang tumbuh dari diriku, jika
aku tidak mampu memenuhinya mau apa lagi? satu kenyataan adalah aku normal,
saat semua orang bisa ke kantin, semua orang bisa jajan, semua orang bisa
memegang makanan, aku sendiri harus tetap mendekam di kelas karena tidak punya
uang untuk jajan. Apakah aku ingin? Apakah aku iri? Tentu saja. Tapi apa daya?
Dan satu lagi prinsipku bahwa meskipun hidupku SERBA KEKURANGAN, tapi aku TIDAK
MAU MENCURI. Aku tidak mau mengambil apapun yang bukan hak ku. Karena itulah
aku lebih memilih jalan tengah yaitu mencicipi. Jika ditanya yang
sebenar-benarnya, apakah aku senang meminta? Jawabannya Tidak. Kalau saja aku
punya uang, kalau saja aku mampu membeli sendiri tentu aku tidak akan meminta.
Dan hati nuraniku juga tidak membenarkan jikalau aku sering mencicipi makanan
mereka tapi aku tidak pernah membawa secuilpun makanan untuk dibagi. Dari sejak
zaman dahulu, aku ingin sekali bisa seperti mereka yang dapat memberi. Tapi apa
yang akan aku berikan? Apa yang akan aku bawa? Jika aku saja masih meminta,
bagaimana aku bisa memberi? Selama ini, jika kuhitung baru 2 kali aku membawa
makanan yang dapat dibagi. Pertama saat panen belimbing pertamaku, aku pernah
membawa beberapa belimbing yang dapat dibagi. Kedua saat menang LKIR di UNAIR
dan aku mendapatkan beberapa lembar rupiah yang sebagian dapat aku gunakan
untuk memberi jajanan dan minuman untuk dibagi dikelas.
Pernah suatu ketika ketika aku membeli
cireng di kantin, aku sempat disangka anak kelas 1 yang baru pertama ke kantin
karena disana aku sama sekali tidak tahu harga makanannya sehingga harus selalu
bertanya berapa harga makanan yang aku tunjuk padahal saat itu aku sudah kelas
3. Bayangkan aku sudah 3 tahun berada di smada tapi sampai nggak tahu harga
makanan favorit semua orang karena saking nggak pernahnya aku ke kantin. Pernah
lagi suatu ketika aku membeli pecel di kantin, saat itu aku sudah kelas 2 tapi
mbaknya kaget waktu aku tanya berapa harganya melihat seragamku yang bukan anak
baru lagi. ya, aku memang jarang ke kantin.
Tapi dengan masukan dari temanku tapi,
setidaknya kini aku sadar. Meskipun serba kekurangan, tapi tidak baik jika
harus selalu meminta. Sekarang aku akan mencoba mengubah kebiasaanku itu, aku
akan menahan diriku dari mencicipi jajanan temanku. Lebih baik lapar daripada
meminta. Dan semoga dengan perubahanku ini, tidak ada lagi teman-temanku yang
jengkel kepadaku. Amin......... J
Menjadi miskin memang bukan pilihanku,
seringkali saat aku sangat menginginkan sesuatu harus terkendala dengan satu
hal yaitu biaya. Beberapa bulan yang lalu saat karnaval aku pernah ditunjuk
menjadi pendamping raja, tadinya tidak ada masalah, si rajanya setuju, guru
pembina juga setuju tapi beberapa hari kemudian aku dipanggil dan ditanya,
punya mobil nggak? Jawabannya ya udah pasti nggak punya! So gugurlah aku menjadi
pendamping raja dan digantikan oleh temanku yang kaya & punya mobil. Bukan
karena apa-apa sih, tapi mobil juga diperlukan untuk akomodasi dari salon ke
alun-alun jadi wajar saja. Itu baru salah satu contoh, sebenarnya
banyaaaaaaaakkk sekali kesempatanku yang hilang karena terkendala biaya. Udah
nggak terhitung berapa banyak hal yang nggak bisa kulakukan karena nggak ada
biaya. Untuk STTC 2013 di Surabaya-Malang aja jikalau nggak bekerja ekstra buat
promosi ke tiap-tiap kelas dan teman-temanku di sekolah lain, mungkin aku juga
nggak bisa ikut. Mau bayar pake apa??? Tapi alhamdulillah ada beberapa teman
yang baik dan mau jadi followers ku agar aku bisa ikut STTC. Setelah ini juga
ada STTC 2013 ke Semarang-Jogja, sebenarnya pengen ikut sih tapi kembali ke
pertanyaan awal UANG DARI MANA??? Dari sekitar 600an anak yang aku ajak STTC
aja cuman 11 yang mau, itupun yang 5 anak dari unggulan jadi aku cuman dapat
rewardnya dari 6 anak yang tersisa padahal biayanya 300rb-an. Bagaimana dgn
STTC jogja yg biayanya 700rb-an??? Kadang keinginan memang tidak sejalan dengan
kenyataan.
Oh ya, alhamdulillah Tuhan memberiku
kesempatan untuk masuk di 3 PTN terbaik Indonesia yaitu UI, UGM, ITB dgn syarat
aku harus bisa mengalahkan 22.000 anak se indonesia. Babak penyisihan
alhamdulillah aku lolos, babak semifinal alhamdulillah aku lolos juga. Nah
sekarang tinggal babak penentuan alias babak final yang akan dilaksanankan di
UI. Universitas Indonesia coy, bukan Upin Ipin lho, itu berarti aku akan pergi
ke Jakarta. Asyik-asyik deh :D
Dalam babak final ini, akan diikuti
oleh 500 finalis dari seluruh indonesia. Ya, dari 22.000 menjadi tinggal 500
anak dan alhamdulillah aku termasuk di dalamnya. Sungguh berkah Allah yang
sangat luar biasa. Aku masih ingat jika dulu pernah aku tuliskan untuk lolos tes
Road to UI, UGM, ITB dari primagama namun sayangnya kertas itu sudah tidak aku
pasang lagi karena sebagian besar dari cita-cita yang aku tuliskan di kertas
tersebut sudah terwujud, namun satu hal aku tidak menyangka jika aku bisa
sampai sejauh ini, sebelumnya tidak menyangka jika bisa lolos sampai menjadi
500 anak yang terpilih. InsyaAllah satu bulan lagi, tanggal 16 November aku
akan berangkat ke Jakarta, khususnya ke Universitas Indonesia. Doakan semoga
aku dapat terpilih menjadi 3 siswa terbaik yang dapat diterima di UI, UGM,
maupun ITB dan mendapatkan beasiswa.
Amin........amin........ya rabbal
alamin.............
Ya Allah terimakasih atas semuanya,
terimakasih atas kesempatan yang Engkau berikan kepadaku, terimakasih Engkau
telah mengizinkan aku menempati bumi-Mu lebih lama. Semoga dalam kehidupan di
bumi yang singkat ini, aku dapat melakukan yang terbaik dan menjadi yang
terbaik untuk dunia maupun akheratku. Semoga aku dapat menjadi orang sukses,
semoga aku dapat menjadi orang kaya meskipun saat ini hidupku masih terbelenggu
kemiskinan, semoga aku dapat menjadi orang yang bermanfaat meskipun sekarang
masih sering meminta dan semoga aku dapat menggapai cita-citaku untuk menjadi
mahasiswa ITB dan menjadi penghuni surga-Mu ya Allah.....
Amin.........amin........ ya rabbal
alamin............ J
Comments